“Tapi setelah efisiensi ternyata cukup besar sisanya (saldo akhirnya, red),” katanya.
Politisi Golkar ini menilai, ada dua kemungkinan penyebab saldo akhir ini menjadi sangat besar. Pertama, keberhasilan Kementerian Agama dalam melakukan efisiensi. Atau kedua, perencanaan yang kurang baik sehingga saldonya cukup besar.
Karena itu, dia usul agar di¬lakukan pendalaman khusus terkait biaya haji ini pada ti¬tik mana saja kemudian terjadi efisiensi. Apalagi biasanya saldo akhir untuk penyelenggaraan ibadah haji dengan situasi nor¬mal yang memberangkatkan full kuota haji saja mencapai Rp 200-an miliar.
“Ini harus jadi pelajaran karena kita kan setiap tahun ada pembahasan anggaran walaupun uangnya tidak ke mana-mana tapi jangan sampai mengambil nilai manfaat (dana haji) yang cukup besar. Sementara proses perencanaannya tidak dilakukan dengan baik,” ujarnya.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melaporkan keuangan pelaksanaan haji tahun 2022. Realisasi pengeluaran opera¬sional penyelenggaraan ibadah haji terdiri dari BPIH sebesar Rp 3,5 triliun atau 93 persen dari anggaran sebesar Rp 3,7 triliun. Sementara realisasi dari nilai manfaat dan efisiensi sebe¬sar Rp 5,07 triliun, atau 94,07 persen dari anggaran sebesar 5,3 triliun.
Realisasi dana tersebut untuk 92.669 jemaah haji. Adapun total penerimaan dana haji dari Januari sampai 31 agustus 2022 sebesar Rp 9,1 triliun. Penerimaan dana ini terdiri dari biaya Bipih sebe¬sar Rp 3,7 triliun, dan peneri-maan nilai manfaat sebesar Rp 6,9 triliun.
Adapun pengeluaran dana haji hingga 31 Agustus sebesar Rp 8,7 triliun. Pengeluaran tersebut berasal dari dana bipih Rp 3,5 triliun dan nilai manfaat Rp 5,07 triliun, dan lainnya mencapai Rp 105 miliar lebih.
“Jumlah saldo akhir sebesar Rp 546 miliar lebih,” jelasnya.(RM.ID)
Discussion about this post