Menanggapi rudal tersebut, Korsel pun mengeluarkan peringatan serangan udara dan imbauan evakuasi terhadap warga sekitar. Korsel juga meluncurkan tiga rudal balasan sebagai bentuk protes. Salah satunya adalah AGM-84H/K SLAM-ER, sebuah senjata presisi “stand-off” buatan AS yang dapat meluncur hingga 270 kilometer dengan 360 kilogram hulu ledak.
Direktur Operasi Kepala Staf Gabungan Korsel Kang Shin-chul mengatakan, serangan balasan itu lantaran peluncuran rudal Korsel sangat tidak biasa dan tidak dapat diterima, karena jatuh di dekat perairan teritorial Korsel untuk pertama kalinya sejak semenanjung itu dibagi.
Peluncuran rudal-rudal terbaru Korut ini terjadi saat Korsel dan AS melakukan latihan udara bersama yang melibatkan lebih dari 240 pesawat, termasuk jet siluman canggih, untuk meningkatkan pencegahan terhadap Korut. Latihan bernama “Vigilant Storm” (Badai Kewaspadaan) itu melibatkan ratusan jet tempur dari kedua pihak yang melakukan simulasi serangan udara 24 jam sehari.
Korut mengutuk latihan militer gabungan tersebut dengan menyebutnya latihan untuk invasi. Pyongyang menuntut agar AS dan Korsel menghentikan latihan militer besar-besaran itu.
Di Tanah Air, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengaku terus mengikuti perkembangan di semenanjung Korea. Kara dia, Kementerian Pertahanan (Kemhan) tengah menyiapkan sejumlah langkah sebagai bentuk kewaspadaan terhadap serangan rudal Korut.
“Ya, kita berharap tentunya tidak terjadi (perang). Kita sedang mengadakan langkah-langkah untuk waspada,” kata Prabowo, di sela pembukaan Indo Defence 2022 Expo & Forum, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, kemarin.
Prabowo menegaskan, posisi politik Indonesia di kancah internasional tetap memegang teguh prinsip bebas aktif. Indonesia selalu menempatkan diri sebagai mediator dalam konflik internasional. Indonesia berperan sebagai juru damai dan tidak memihak pihak mana pun.
“Kita tidak berpihak. Kita non-blok. Kita bersahabat dengan semua negara,” ujar Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia? Anggota Komisi I DPR Dave Laksono mengatakan, Indonesia harus terus memantau perkembangan di semenanjung Korea sembari menyuarakan perdamaian. Politisi Golkar ini mengatakan, saat ini dunia memasuki berbagai macam permasalahan. Eskalasi ketegangan di semenanjung Korea bisa memperburuk situasi.
Discussion about this post