“Oleh karena itu mari, kita rapatkan barisan, kepada para santri, belajar yang benar dan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, para santri di seluruh negeri. Mari kita songsong masa depan yang lebih adil, lebih makmur dan sejahtera,” katanya.
Gus Muhaimin menjelaskan, negara tidak akan lalai dan abai pada kemajuan dan kesejahteraan pesantren dan santri. Kata dia, melalui Hari Santri Nasional momentum untuk para santri dan pesantren terus maju.
“Oleh karena itu, kalau santri Indonesia maju, kalau santri Indonesia makmur, maka bangsa Indonesia tentu saja akan makmur. Sehingga negara, pemerintah, tidak boleh abai, lalai,” katanya.
“Kemudian, secara konstitusi negara pemerintah harus wajib mendorong, menciptakan, menguatkan pesantren dan santri santrinya, untuk maju, mandiri dan kuat menjadi bagian dari bangsa yang maju dan sejahtera ini,” tambah Muhaimin.
Tak hanya itu, menurut Muhaimin, makna santri saat ini tak terlepas dari tiga kesucian santri yang sejak dahulu hingga kini terus terjaga. Yaitu, suci pikiran, suci hari dan suci perilaku atau akhlak.
“Siapapun dia, yang secara ikhlas dan tulus menjadi bagian pengajaran dari pendidikan dan keutamaan akhlak, itulah santri. Dan Insya Allah mayoritas dari bangsa ini adalah santri,” terangnya.
Gus Muhaimin pun mencontohkan dirinya dan beberapa tokoh yang mengawali karirnya dari santri. Yaitu, Gus Miftah dan Menaker Ida Fauziyah dimana mengalami masa-masa sulit mengikuti berbagai perjuangan NU, perjuangan Ahlu sunnah wal jamaah hingga sampai era reformasi.
“Begitu reformasi, semua terbuka luas, bisa berpartisipasi, bisa berkiprah, di dunia pemerintahan, legislatif, eksekutif dan berbagai profesi, dengan demokrasi itu maka terbuka luas, siapapun yang berkualitas,” katanya.
“Maka, dia akan bisa menentukan dan menjadi pemenang di negeri ini. Karena itu, kita canangkan Hari Santri Nasional sebagai hari santri Indonesia harus bermutu dan berkualitas,” imbuh Muhaimin. (RED)
Discussion about this post