Dengan menceritakan pengalamannya dulu saat berkuliah, Yudian menjelaskan bahwa perjuangan adalah keniscayaan. Perjuangan mendapatkan ilmu itu dilaluinya tidak dengan mudah, Yudian pernah menjadi kernet bus dan penjual kerupuk untuk memenuhi uang kuliah dan kebutuhan hidup.
“Perjuangan tersebut tidak mudah, karena kita perlu membagi waktu dan membagi peran untuk masa depan kita. Hal tersebut juga mengajarkan kita nilai yang luar biasa untuk memaknai hidup, dan disitulah karakter kita akan terbentuk sebagai manusia yang selalu mensyukuri nikmat kemerdekaan ini,” ungkapnya.
Cerita perjuangannya itu dibingkainya dengan sejarah terjadinya sumpah pemuda dan proklamasi yang mampu menggegerkan dunia. Kata dia, Sumpah Pemuda pada tahun 1928 menjadi puncak kesadaran nasionalisme anak muda yang semula bersifat kedaerahan (primordial) menjadi kebangsaan, yang kemudian berbuah pada kemerdekaan.
Sementara Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia diinisiasi oleh golongan pemuda yang pernah disekolahkan penjajah sebagai calon pegawai kolonial tetapi memberontak dan memilih memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. “Pencapaian masa pergerakan ini lah yang perlu kembali diteladani oleh generasi muda Indonesia terutama para mahasiswa baru IAIN Kediri,” ucapnya.
Hasilnya, dari proklamasi inilah rakyat memiliki kedudukan yang setara di depan konstitusi. Kesetaraan hukum menjadi privilege kita yang dijamin secara konstitusional, sehingga kita pun berhak untuk menjadi calon pemimpin bangsa.
E-Paper BANPOS Terbaru
“Karena itu saya berharap kepada adek-adek semua agar ditingkatkan ilmunya secara konsisten agar mampu memajukan peradaban bangsa Indonesia yang lebih maju,” tutupnya. (RMID)