SERANG, BANPOS – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang mencatat minat penggunaan alat kontrasepsi jenis kondom rendah. Penggunaan kondom oleh pasangan subur di Kota Serang tidak sebagaimana diharapkan, padahal persediaan kondom pada dinas tersebut sangat melimpah.
Demikian diungkapkan Kepala DP3AKB, Anton Gunawan, usai mengikuti Apel Hari Kesadaran Nasiona, Senin (20/6/2022) kemarin di Puspemkot Serang.
Ia mengatakan bahwa dari sasaran lebih dari 1.000 pengguna kondom, terhitung bulan Mei 2022, hanya ada 180 pengguna kondom yang bisa didapatkan di fasilitas Kesehatan (Faskes) Puskesmas dan bidan.
“Jadi sebenarnya sasarannya jauh dari ini, apakah sisanya beli sendiri atau apa, tapi menurut sasaran sebenarnya penggunaan kondom tidak sebagaimana yang diharapkan, mungkin ada yang beli sendiri atau memang kurang (minat) ke kondom itu sendiri,” ujarnya.
Anton mengatakan bahwa stok alat kontrasepsi kondom saat ini masih sangat cukup. Bahkan, hingga triwulan satu di tahun 2022 ini, pihaknya tidak mengajukan pengadaan kondom ke pusat.
“Untuk sampai triwulan satu ini belum mengusulkan, karena stok tahun kemarin masih ada,” katanya.
Ia menjelaskan, sasaran pasangan subur di Kota Serang yang menggunakan kondom di tahun 2021 kurang lebih 150 dus. Dimana setiap satu dus berisi 12 kotak yang masing-masing berisikan 6 kondom, dengan jenis kondom beraroma dan bergerigi.
“Khusus untuk kondom, biasanya kita usulkan. Tapi kalau untuk kondom tanpa diusulkan pun suka datang dan dikirim, misalnya mengusulkan 10 dus, dikirim 20 dus, khusus untuk kondom, mungkin stok di pusat banyak,” tuturnya.
Menurutnya, rendahnya minat pasangan subur dalam menggunakan alat kontrasepsi kondom ini tidak bisa distandarisasi. Disisi lain, ia menyebutkan bahwa penggunaan kondom jauh lebih besar, tidak sedikit masyarakat yang membeli kondom di apotik atau retail terdekat.
“Bulan Mei ini kurang lebih 20 dus kondom terbagi melalui Puskesmas atau bidan. Itu yang terlapor ke dinas, karena kebanyakan masyarakat beli sendiri. kalau penggunaan sebetulnya jauh lebih besar tapi masyarakat ada yang beli sendiri padahal kami memfasilitasi, tapi kadang orang enggak tahu mungkin ada pertimbangan lain dan akhirnya beli sendiri,” jelasnya.
Discussion about this post