SERANG, BANPOS- Walikota Serang, Syafrudin, menyebut program ekstrakuriler tahfidz di SMPN 5 Kota Serang yang berlokasi di Kasemen, bisa menjadi contoh bahwa sekolah umum mampu menghasilkan bibit-bibit unggul di bidang tahfidz. Tak hanya itu, ia juga mendukung rencana tambahan program ekstrakurikuler lainnya yaitu marhaban di sekolah tersebut.
Menurutnya, wilayah Kasemen bukan hanya dikenal seantero nasional saja. Akan tetapi Kasemen dikenal hingga taraf internasional karena ada waliyullah Sultan Maulana Hasanuddin, yang merupakan penyebar agama Islam pertama di Banten.
“Kasemen ini bukan dikenal se-nasional saja, bahkan internasional. Karena ada waliyullah Sultan Maulana Hasanuddin, beliau adalah penyebar agama islam pertama di Banten terutama di Kasemen ini,” ujarnya, usai menghadiri kegiatan wisuda tahfidz di SMPN 5 Kota Serang, Kamis (16/6).
Syafrudin menjelaskan, pihaknya telah memberikan surat edaran (SE) yang dinamakan budaya mutu. Disebutkan olehnya bahwa budaya mutu ini bukan hanya pelajaran umum saja, tetapi pelajaran yang lain juga dalam hal ini non akademik.
“Dianjurkan oleh Dindik untuk dilakukan di sekolah-sekolah yang lain. Tapi SMPN 5 ini sebagai contoh, pada hari ini (kemarin, red) menyaksikan sendiri bahwa di sekolah umum ada tahfidz alquran,” katanya.
Ia mengaku terkejut dengan adanya sejumlah siswa yang diwisuda tahfidz di sekolah umum. Bahkan, ia pun turut menguji para wisudawan dan wisudawati tahfidz sesaat sebelum diberikan tanda kelulusan olehnya.
“Yang bikin saya kaget itu ada wisuda tahfidz, karena ini pelajaran-pelajaran ekstrakurikuler bukan pelaraan inti, biasanya sekolah umum itu tidak ada yang namanya tahfidz, tapi ini luar biasa. Kami mengapresiasi dengan keberadaan SMPN 5 ini yang terus berkembang, kemudian prestasinya yang sangat luar biasa,” tuturnya.
Ia berharap, kedepan pelajaran ektrakurikuler yang lain juga dapat mengukir prestasi.
“Adanya marhaban ini karena budaya di Kota Serang apalagi di Kecamatan Kasemen,” tandasnya.
Kepala Sekolah SMPN 5 Kota Serang, Jindar Tamimi, mengaku mencoba membuat warna di sekolahnya. Menurutnya, sekolah diberi keleluasaan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS), untuk mengembangkan ekstrakurikuler-ekstrakurikuler.
Discussion about this post