Pada awalnya, hari raya Idulfitri mulai dilaksanakan pada tahun ke-2 Hijriah, di mana pada saat
itu bertepatan dengan kemenangan Islam dalam perang Badar. Hal ini secara tidak langsung
bahwa hari Idul fitri merayakan dua kemenangan sekaligus. Kemenangan berperang dan
kemenangan dari ibadah puasa di bulan ramadhan satu bulan penuh
Selain itu, pada masa Islam belum hadir, orang Arab jahiliyah memiliki dua hari perayaan yang
dirayakan dengan sangat meriah. Namun, setelah Islam masuk, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengganti dua hari perayaan meriah tersebut dengan Idul fitri dan Idul adha. Hal ini
seperti yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW berikut ini.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Artinya: "Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya
memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain. Ketika Nabi Muhammad SAW datang ke
Madinah, Rasulullah bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain,
sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idulfitri dan
Iduladha," (HR Abu Dawud & an-Nasa’i).
Jadi Idul Fitri dapat dikatakan merupakan perayaan kemenangan bagi seluruh kaum muslimin.
Kemenangan dari perjuangan melawan hawa nafsu, kemenangan dari melawan sifat sombong,
kemenangan dari mengendalikan sifat rakus, yaitu sikap yang selalu ingin memakan sesuatu
yang diharamkan oleh Allah dan Rasul Nya, dan kemenangan untuk membuang jauh-jauh sikap
ego, serta nafsu hewani dalam setiap diri manusia yang dapat merusak rasa kebersamaan,
empati terhadap yang miskin dan lemah.
Idul Fitri juga mempunyai nilai refleksi diri untuk memperbaiki sifat dan kelakuan yang kurang
baik sebelum dan selama bulan Ramadhan, agar secepatnya untuk ditinggalkan. Spirit inilah
yang dikatakan sebagai fitri, yaitu suci dari perbuatan yang kurang baik sehingga betubah
menjadi baik. Dari suka berbohong berubah menjadi orang yang jujur, dan dari orang yang kikir
berubah menjadi dermawan, serta dari orang yang bersifat individualis menjadi orang yang
bermasyarakat.
Discussion about this post