Karena itulah, Malaysia, sebutnya, enggan mengadopsi teknologi baru yang dapat menghemat uang negara dan membatasi praktik korupsi. “Pembuat undang-undang kita bisa merugi. Tolak itu. Biarkan negara bangkrut. Hanya negara yang merugi. Anda tidak kalah. Tidak apa-apa,” sindirnya lagi.
Apakah benar Indonesia lebih baik dari Malaysia? Bank Dunia mengatakan, dari sisi pertumbuhan, Indonesia unggul dibandingkan Malaysia dan sejumlah negara tetangga lain di Asia Tenggara pada tahun ini, yakni di kisaran 5,2 persen. Sementara Malaysia 4,2 persen.
Indonesia juga menang telak dalam sisi Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 2020 saja, PDB Indonesia mencapai 1,058 triliun dolar AS. Sementara Malaysia hanya 336,7 miliar dolar AS.
Namun, dalam hal PDB per kapita, giliran Indonesia yang kalah. Di tahun yang sama, PDB per kapita Indonesia hanya 3.869,59 dolar AS, sementara Malaysia hampir 3 kali lipatnya, yakni 10.401,79 dolar AS. Meskipun dalam rilis BPS Februari lalu, PDB per kapita naik menjadi 4.349 dolar AS per tahun.
Ketua DPD, La Nyalla Mattalitti ikut menanggapi pernyataan Mahathir. Dia menilai, Mahathir mengeluarkan pernyataan itu sebagai bagian dari kritik ke dalam negeri mereka.
E-Paper BANPOS Terbaru
Apalagi Mahathir kini sudah di luar pemerintahan. Dan, beberapa kali tercatat Mahathir sangat keras melakukan kritik terhadap kasus Korupsi yang dilakukan mantan Perdana Menteri Najib Razak yang terbelit mega korupsi dari mega proyek senilai 1MDB.
Sehingga, sebagai pelecut, kata dia, Mahathir mengungkapkan bahwa Indonesia sudah menyalip Malaysia dalam hal pembangunan.
“Itu bisa saja jika ukurannya adalah kuantitatif dari pembangunan infrastruktur yang dikebut oleh pemerintahan Presiden Jokowi selama ini,” ujarnya, tadi malam. [SAR/RM.ID]