Presiden Vladimir Putin menelepon Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, Senin (18/4), sehari setelah Moskow menyindir Israel karena mengkritik invasi Rusia di Ukraina.
Kantor Pemerintah Rusia (Kremlin) menyatakan, kedua pemimpin membicarakan negosiasi damai antara Rusia-Ukraina demi menghentikan peperangan hingga konflik di Tepi Barat.
“Mereka juga berbicara tentang penyelesaian Timur Tengah dalam konteks meningkatnya ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur,” pernyataan dari Kremlin, seperti dikutip dari Reuters.
Putin dan Abbas membahas masalah di Yerusalem dan Tepi Barat ketika ketegangan di kawasan itu meningkat, terutama sepanjang akhir pekan lalu. Situasi memanas pada Jumat (15/4), ketika polisi Israel memasuki Masjid Al-Aqsa sekitar pukul 06.30 waktu setempat.
Bentrokan dengan warga Palestina pun tak terhindarkan. Polisi Israel mengklaim, puluhan anak muda sudah berkumpul sejak pukul 04.00 waktu setempat. Para pemuda itu disebut membawa bendera Organisasi Pembebasan Palestina dan Hamas.
Menurut polisi Israel, para pemuda itu melempar batu dan kembang api ke arah aparat. Pemuda itu juga disebut sudah menyiapkan tumpukan batu untuk serangan lanjutan.
Akibat bentrokan ini, 150 orang terluka. Bentrokan lanjutan pun pecah pada Minggu (17/4). Korban kembali jatuh, 20 orang terluka. Bentrokan ini menambah total korban luka mulai Jumat menjadi 170 orang, saat festival Paskah Yahudi bertepatan bulan puasa Ramadan.
Di tengah ketegangan ini, Kementerian Luar Negeri Rusia merilis pernyataan yang menyindir kelakuan Israel. Pernyataan ini dirilis setelah Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, mengecam serangan Rusia ke Ukraina. Menurut Rusia, Israel sengaja membesar-besarkan masalah invasi Ukraina untuk menutupi kekerasan yang dilakukan negaranya terhadap warga Palestina.
“Kami telah memperhatikan pernyataan agresif Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, yang dibuat pada 7 April dalam konteks dukungan negaranya terhadap resolusi Majelis Umum PBB tentang penangguhan keanggotaan Rusia di Dewan Hak Asasi Manusia PBB,” demikian pernyataan Kemenlu Rusia, dikutip dari kantor berita TASS, Minggu, 17 April 2022.
Discussion about this post