Jajak pendapat menunjukkan, para pemilih khawatir kegagalan menghentikan Rusia dapat membuat China berani mengambil tindakan terhadap Taiwan. Kemudian berujung dengan merebut pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur yang dikelola Jepang.
Jepang juga bersengketa dengan Rusia tentang kepemilikan pulau di perbatasan kedua negara. Karena kekhawatiran ini, hampir dua pertiga responden survei surat kabar Jepang, Yomiuri Shimbun akhir pekan lalu mengatakan, mereka ingin melihat pertahanan Jepang diperkuat. Sebelumnya, keamanan nasional biasanya berada di urutan kedua setelah ekonomi dalam prioritas pemilih.
“Kejutan Ukraina mulai mengubah norma dan kepercayaan Jepang,” kata Dr Kyoko Hatakeyama, profesor di Sekolah Pascasarjana Studi Internasional dan Pembangunan Regional di Niigata University.
Bahkan Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida pun mengejutkan banyak pengamat, karena segera menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Kemudian, Negeri Sakura itu mengirim bantuan militer yang tidak mematikan ke Ukraina. Keinginan Kishida ini memperkuat pertahanan Jepang akan lebih menantang.
Sebelumnya, Australia juga mempercepat rencana pembelian rudal serang jarak jauh. Ini merupakan upaya Negeri Kanguru berjaga-jaga terhadap ancaman China dan Rusia.
Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton mengatakan, percepatan mempersenjatai kembali jet-jet tempur dan kapal perang mereka, akan menelan biaya 2,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 37 triliun. [PYB/RM.ID]
Discussion about this post