Virus Corona ngamuk lagi di banyak negara. Setelah beberapa pekan kasus positif Covid-19 menurun, kini melonjak lagi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir bakal terjadi gelombang penularan baru.
Beberapa negara di Asia seperti China, Korea Selatan, Hong Kong hingga Eropa seperti di Armenia, Azerbaijan, Belarus serta Ukraina melaporkan lonjakan baru penularan virus Corona.
Diberitakan Bloomberg, kemarin, Israel mencatat adanya varian baru virus Corona kombinasi dari dua sub-varian Omicron. Kasus itu terdeteksi di dua penumpang yang tiba di Bandara Ben Gurion awal pekan ini.
China memutuskan untuk mengambil kebijakan lockdown terhadap warganya. Keterbatasan fasilitas kesehatan di China memaksa Pemerintah mengubah kebijakan.
Masyarakat yang merasakan gejala Covid-19 ringan disarankan melakukan isolasi mandiri. Sebelumnya, Beijing mewajibkan seluruh rakyatnya yang terinfeksi virus ini meskipun ringan harus dirawat di rumah sakit. Saat ini, hanya pasien yang bergejala berat yang wajib mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Sementara di Hong Kong, tempat kremasi mulai kewalahan dengan menumpuknya jasad pasien Covid-19. Beberapa rumah sakit di Hong Kong sudah mulai menggunakan obat Paxlovid untuk merawat pasien Covid-19 sebagai upaya menurunkan tingkat kematian. Obat Covid-19 lainnya, Molnupiravir, diperkirakan baru akan tiba di Hong Kong pada bulan depan.
Korea Selatan (Korsel) juga kembali mencatat rekor baru kasus harian Covid-19, yakni mencapai 600 ribu kasus pada Kamis (17/3). Angka harian itu adalah yang tertinggi selama pandemi di Negeri Ginseng itu.
Berdasarkan laporan WHO, Korsel kini menjadi negara nomor satu di dunia dalam jumlah kasus baru dalam tujuh hari terakhir dengan total 2,4 juta infeksi.
WHO tengah mempertimbangkan pemberian vaksin keempat sebagai langkah pencegahan. Sayangnya, masih banyak negara yang masih berupaya memenuhi target vaksinasi penuh yang basic.
Pekan lalu, WHO mencatatkan ada 11 ribu kasus baru dan 43 ribu kematian. Secara global, kasus naik hingga 8 persen. Covid-19 Technical Lead, WHO, Maria Van Kerkhove mengaku khawatir karena lonjakan terjadi saat pengurangan signifikan testing secara global. Dia mengingatkan, varian Omicron masih tersebar secara intens.
Discussion about this post