Yoon menyatakan, dia akan bekerja dengan partai-partai oposisi untuk mendinginkan suhu politik yang telanjur terpolarisasi. Dia juga mendorong persatuan.
Dalam pidato kemenangannya, Yoon mengatakan, persaingan sudah berakhir. Tak lupa, dia juga berterima kasih pada pesaingnya.
“Kita harus bergandengan tangan dan bersatu, menjadi satu untuk rakyat dan negara,” ujar Yoon.
Sementara kekalahan Lee menimbulkan keraguan pada warisan Moon. Termasuk upayanya untuk terlibat lebih jauh dengan Korut.
Seperti diketahui, upaya pendekatan yang dilakukan Korsel terhenti sejak pembicaraan gagal pada 2019.
Sementara Presiden yang baru, kemungkinan akan menghadapi krisis, karena Pyongyang sedang bersiap meluncurkan satelit mata-mata. Korut juga telah mengeluarkan kebijakan untuk melanjutkan pengujian rudal balistik antarbenua dan senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Yoon juga berjanji, menjalin hubungan lebih erat dengan Amerika Serikat (AS), satu-satunya sekutu Korsel dalam menghadapi peningkatan aktivitas rudal Korut dan persaingan dengan China. Padahal di saat yang sama, China merupakan mitra dagang terbesar Negeri Ginseng.
Kemenangan Yoon langsung disambut baik AS. Gedung Putih pun mengirimkan ucapan selamat, sembari menyampaikan pesan Presiden AS Joe Biden, untuk dapat bekerja sama meningkatkan aliansi.
“Kita dapat mengharapkan aliansi berjalan lebih lancar dan selaras untuk sebagian besar masalah Korut, China, dan regional dan global,” tegas kim.
Respons senada disampaikan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. Dalam pesannya, Kishida berharap bisa bekerja sama dengannya, membangun kembali hubungan yang lebih sehat.
Apalagi, kedua negara kerap terlibat ketegangan atas apa yang terjadi di masa lalu. Mulai masalah ekonomi, hingga pendudukan Jepang pada 1910-1945 di Korea.
Sebagai informasi, lebih dari 77 persen dari 44 juta pemilih yang memenuhi syarat di Korsel memberikan suaranya mereka, meski penularan Covid-19 terus mengalami lonjakan, dengan kasus harian yang terus meningkat. [PYB]
Discussion about this post