LEBAK, BANPOS – Tidak hanya kasus terkonfirmasi positif Covid-19, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak mencatat sedikitnya 92 orang masyarakat terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) selama Januari-Februari 2022.
Dari jumlah tersebut, empat orang di antaranya itu meninggal dunia akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Itu terjadi diduga akibat cuaca ekstrem dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dr Firman Rahmatullah mengungkapkan, dari 92 orang yang terjangkit, empat orang meninggal dunia akibat DBD. Itu tersebar di 13 kecamatan yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak, Kalanganyar, Cibeber, Cimarga, Curugbitung, Warunggunung, Maja, Sajira, Cileles, Cipanas, Cikulur dan Sobang.
“Januari-Februari 92 kasus, empat orang meningga dunia akibat DBD. Empat orang yang meninggal semuanya berasal dari Kecamatan Rangkasbitung,” katanya, Selasa (8/2).
Dengan merebaknya kasus DBD di Kabupaten Lebak, Firman meminta masyarakat waspada terkait penularan DBD dan menjaga kebersihan. Sebab, kebersihan lingkungan menjadi hal utama dalam mencegah penularan, sehingga nyamuk akan sulit berkembang jika lingkungan nya bersih.
“Jangan ada penampungan air, kaleng bekas, ban bekas itu semua harus disingkirkan. Karena itu akan menjadi tempat yang nyaman, untuk perindukan nyamuk,” ungkapnya.
Untuk mencegah penularan DBD kata Firrman, kebersihan lingkungan harus dijaga dan ditingkatkan kembali. Sebab, ketika lingkungan kita itu bersih dari barang-barang yang berisi air yang bisa menampung jentik dan perindukannya, maka nyamuk-nyamuk tersebut tidak akan bisa berkembang biak.
“Penyakit DBD ini adalah penyakit akibat lingkungan yang kotor, ketika lingkungan kita bersih, tidak ada penampungan jentik serta tempat perindukan nyamuk maka In Sya Allah semuanya aman,” jelasnya.
Menurut Firman, dalam penanganan DBD masyarakat sering kali ingin langsung dilakukan fogging. Padahal kata dia lagi, untuk penanganan DBD tersebut tergantung pada kasusnya dan hasil diagnosanya.
“Untuk penanganannya tergantung kasusnya dan diagnosanya. Yang jelas untuk penanganan DBD, ketika ada kasus bukan dengan fogging tetapi harusnya 3M Plus dan dari 92 orang itu kebanyakan anak-anak yang tertular,” ujarnya.
Ia menegaskan, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak terus melakukan upaya penanganan DBD, mulai dari level Puskesmas dan rumah sakit. Serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang penerapan 3M Plus.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Triatno Supiyono meminta masyarakat untuk tetap tenang dan terapkan lingkungan yang bersih. Karena, bagaimanapun juga salah satu penyebab merebaknya DBD itu dari lingkungan yang tidak bersih alias kotor sehingga penyakit bisa mudah timbul.
“Kalau lingkungan kita itu bersih maka penyakit bisa diminimalisir termasuk penularan DBD. Terus tingkatkan pola hidup bersih dan sehat. Semoga DBD dan Covid-19 bisa di tekan penyebarannya,” katanya.
Untuk diketahui, Kecamatan Rangkasbitung 39 kasus, Cibadak 15 kasus, Kalanganyar 9 kasus, Cibeber 5 kasus dan Cimarga 5 kasus. Wilayah lainnya Kecamatan Curugbitung 4 kasus, Maja 3 kasus, Sajira 3 kasus, Warunggunung 2 kasus, Cileles 2 kasus, Cipanas 1 kasus, Cikulur 1 kasus dan Sobang 1 kasus. (CR-01/ENK)
Discussion about this post