SOSIALISASI 'Gansing' atau Gerakan anti Stunting merupakan salah satu program kerja yang dilaksanakan pada kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Tematik Reguler 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) tahun Akademik 2021/2022 oleh peserta Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) kelompok 33 dengan Dosen Pembimbing Lapangan Nurhaedah Gailea, yang bertempat di Desa Sukadana, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang. Kegiatan sosialisasi itu dilakukan di PAUD Sumber Daya dan SDN Ciomas 2, Jum’at (28/1). Sosialisasi disampaikan oleh anggota kelompok KKM kelompok 33 yaitu Mahasiswi Kedokteran Untirta yang merupakan ahli dalam bidangnya. Ketua kelompok 33 KKM Tematik Untirta, Nadya Salsabila Lukman, mengungkapkan, dalam kegiatan sosialisasi, narasumber menyatakan bahwa stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, menyebabkan anak memiliki kondisi fisik yang lebih pendek dari anak normal seusianya serta memiliki keterlambatan dalam berfikir, hingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik dari segi fisik maupun kognitifnya. "Narasumber melakukan penjelasan secara lisan menyesuaikan dengan sasaran sosialisasi yaitu siswa-siswi sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dapat dipahami oleh siswa," ungkapnya. Setelah siswa memahami apa itu stunting, maka narasumber menjelaskan bahwa terdapat faktor yang menyebabkan kondisi tersebut dapat terjadi, diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan gizi sebelum dan pada masa kehamilan. "Seorang ibu penting untuk mengetahui kondisi baik pada saatbayi di dalam kandungan maupun setelah bayi sudah ada di bumi, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat," tuturnya. Faktor penyebab stunting lainnya yaitu rendahnya akses terhadap makanan bergizi terutama 1000 hari pertama kehidupan. Dengan 1000 hari pertama kehidupan, makanan bergizi sangatlah dibutuhkan oleh bayi. "Karena hal tersebut merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi pada masa awal kehidupannya. Dengan menentukan makanan bergizi, maka kondisi bayi pada hari berikutnya sangatlah menentukan," terangnya. Selanjutnya yaitu buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani juga menjadi salah satu penyebab stunting. Kondisi ibu hamil dengan kehidupan lingkungan sekitar di dunia ini sangatlah berbeda. "Pangan serta sumber-sumber protein sangatlah harus diperhatikan, dengan adanya keragaman pangan, maka dapat memungkinkan mengurangi angka stunting di Indonesia," ucapnya. Kemudian, faktor penyebab stunting juga diakibatkan dari kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Selain dilihat dari kondisi pangan, kondisi lingkungan sangat harus diperhatikan, kondisi air bersih dan sanitasi yang harus terjaga. "Jika kedua hal tersebut kurang diperhatikan, dapat memungkinkan angka stunting meningkat karena berpengaruh pada kondisi ibu hamil serta anak yang harus bertumbuh dan berkembang pada lingkungan sekitarnya," ungkapnya. Setelah narasumber memaparkan materi mengenai faktor-faktor yang dapat terjadi stunting, narasumber juga menambahkan dampak yang bisa memungkinkan terjadinya stunting. Stunting dapat mengenai siapapun dan dimanapun. "dampak ini bisa terjadi dan sangat berpengaruh kepada perkembangan pada anak. Dampak yang bisa dirasakan oleh penderita stunting, yaitu kemampuan kognitif, rentan terhadap penyakit, serta perkembangan fisik yang melambat," katanya. Selain itu, penderita stunting dapat terjadi pada kesehatan reproduksi yang menurun dan beresiko mengalami obesitas. Obesitas sangatlah berbahaya bahkan jika lebih parah dapat menyebabkan kematian. Terdapat beberapa pencegahan stunting yang bisa dilakukan. Pencegahan bisa dimulai sejak ibu sedang hamil. Pertama, pada masa kehamilan menerapkan pola makan dengan gizi seimbang secara disiplin. Kedua, ibu hamil pada masa kehamilan sebaiknya mengonsumsi tablet Fe dan suplemen Asam Folat. "Kandungan yang terdapat pada tablet tersebut sangat baik untuk ibu hamil dan janinnya," terangnya. Ketiga, memberikan ASI secara eksklusif sangatlah disarankan sampai bayi berusia enam bulan serta melanjutkan memberikan MPASI yang sehat dimulai pada usia enam bulan. Terakhir, memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memerhatikan salah satu kondisi kebersihan lingkungan sekitar. "Narasumber mengharapkan dengan adanya sosialisasi mengenai Gerakan Stunting ini, yaitu peserta sosialisasi dapat mengimplementasikan mengenai informasi yang telah didapatkan, sehingga dapat berguna untuk kehidupan sehari-hari. Terutama pada ibu hamil yang memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan janinnya agar tidak dapat menyebabkan stunting," tandasnya. <!--nextpage--> <strong>(MUF/AZM)</strong>
Discussion about this post