Senada diungkapkan oleh pengusaha lainnya, Muksin Muktar. Menurut Ucin (sapaan Muksin Muktar), BM saat menjanjikan dirinya paket pekerjaan sangat meyakinkan. Bahkan dirinya dikenalkan pejabat eselon III di Dinas PUPR, Adib Solihin oleh BM.
“Saya dapat paket lumayan banyak. Ada 16 paket. Diantaranya paving block di daerah Serang, Pandeglang,” katanya.
Dari paket-paket tersebut dirinya harus mengeluarkan uang ratusan juta untuk setoran dan dikirim ke nomor rekening BM.
“Rp230 jutaan saya keluarkan uang untuk orang dalam PUPR. Dan proyeknya semua sudah dikerjakan ada yang selesai, ada juga yang baru 30 persen. Tapi sekarang saya setop, karena ternyata itu SPK bodong,” ungkapnya.
Tak hanya menyetor uang ratusan juta, Ucin juga harus membayar plang nama proyek yang sudah disiapkan oleh BM sebesar Rp400 ribu. “Spanduk pengumuman proyek saya harus nebus. Satu spanduk Rp400 ribu, sedangkan saya dapat paket itu 16. Jadi totalnya Rp6,4 juta harus saya keluarkan lagi uang untuk spanduk,” terang Ucin.
E-Paper BANPOS Terbaru
Sementara itu, Pengusaha Palka lainnya Suherman mengaku telah menyetor uang kepada BM sebesar Rp100 juta untuk delapan paket pekerjaan. “Saya harus ngasih uang ke BM Rp100 juta. Dan itu sudah saya kasih. Sementara proyek yang sudah saya kerjakan Rp190 juta. Jadi total yang sudah keluar Rp290 juta,” ujarnya.
Uang sebesar itu lanjut Suherman sebagian ia miliki dari penjualan aset berupa barang bergerak. “Saya sampai jual mobil tangki air. Dan saya sekarang nggak bisa apa-apa karena SPK itu bodong,” ujarnya.
Agus Revan Rohaji pun mendapati nasib yang sama. SPK yang dia terima bodong. Dan sudah banyak uang dikeluarkan ke BM. “Saya dapat 2 paket. Setoran 20 persen. Dan proyek yang sudah saya kerjakan 30 persen. Terpaksa saya hentikan karena tidak ada kejelasan dari BM. Banyak teman-teman juga tertipu,” ujarnya.
Baik Dicky, Ucin dan Agus meminta uang yang sudah dikeluarkan dikembalikan. “Kami ini pengusaha lokal. Jadi kami mohon kembalikan uang kami. Sebagai orang Banten, saya ingin sekali membangun daerah. Tapi kenapa kami dibuat seperti ini. Soal setoran itu lumrah makanya saya ikuti itu biar kami dapat paket pekerjaan,” ujar Dicky Faturachman.
Discussion about this post