Terjadilah penjajahan bangsa atas bangsa dan penjajahan manusia atas manusia.
Kapitalisme, walau terus menerus melakukan reformasi-reformasi tetap tidak mengubah hakekatnya sebagai sistem yang rakus.
Kita semua menyaksikan serta merasakan begitu rapuhnya Kapitalisme, saat Pandemi Covid 19 melumpuhkan aktivitas ekonomi mereka.
Saudara-saudaraku,
Semua manusia yang hidup di alam dunia ini menginginkan kebahagiaan serta kedamaian, baik lahir maupun batin, baik material maupun spiritual.
E-Paper BANPOS Terbaru
Demikian juga dengan bangsa Indonesia, kebahagiaan serta kemerdekaan hidup yang mestinya dinikmati di tengah kekayaan serta kesuburan alamnya, cukup lama diinterupsi oleh penjajahan.
Catatan sejarah perjalanan hidup bangsa Indonesia dirampas, mentalitas bangsa pun dihancurkan. Kebanggaan serta kepercayaan diri bangsa Indonesia dihilangkan agar tetap tunduk dan bisa dikontrol oleh Penjajahan dengan segala macam bentuknya.
Saudara-saudaraku,
Sebagai bangsa Timur, Indonesia tidak hanya menempatkan rasionalitas objektif sebagai landasan hidup, maka konsep untuk membangun bangsa, baik raga maupun jiwa, harus berangkat dari kenyataan tersebut.
Jika bangsa Barat dengan modernisasi dan humanismenya melahirkan konsep individualisme, kebebasan dan kapitalisme, sedangkan Timur lebih condong kepada semangat gotong royong, dengan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Maka lahirlah Pancasila yang bersumber dari kepribadian bangsa Indonesia, yang kemudian disepakati menjadi konsep dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila lahir sebagai bentuk perlawanan atas sistem liberal kapitalistik, termaktub dalam Preambule UUD Proklamasi 1945, sudah semestinya menjiwai isi UUD 1945 beserta Haluan Negara.
Di dalam Pasal 33 UUD 1945 sudah sangat jelas, bahwa prinsip ekonomi Indonesia bukanlah ekonomi liberal kapitalistik, tetapi ekonomi kekeluargaan yang menempatkan sumber daya alam digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Konsep itulah yang mestinya disusun oleh pemimpin.