Helldy mengatakan, Batik Krakatoa lahir dari nilai kearifan lokal Cilegon dan Banten. Hal itu terlihat dari semua motif dan corak yang diproduksi Batik Krakatoa.“Kenapa menggunakan nama Batik Krakatoa, karena nama tersebut kita ambil dari nama besar Gunung Krakatau yang terletak di Selat Sunda yang juga menjadi ikon di Wilayah Banten. Sehingga dengan nama tersebut orang juga akan mudah mengingatnya,” kata Helldy.
Ia menuturkan, Batik Krakatoa sudah banyak diminati masyarakat Kota Cilegon, Serang, karena Batik Krakatoa mampu menciptakan produk-produk khas dengan menonjolkan sisi budaya dan tradisi di Wilayah Cilegon dan Banten pada umumnya.
“Sudah sekitar tiga tahun bisnis batik ini berjalan kita sudah memiliki sekitar 50 motif yang mengangkat budaya lokal Cilegon dan Banten. Diantaranya ada motif sate bandeng, sate bebek cibeber, gunung Krakatau dan masih banyak motif lainnya.
Saat ini juga ada motif batik terbaru yakni motif ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan) dengan corak khas kapal. Motif batik yang paling laris dibeli itu ada di motif Gunung Krakatau, debus dan motif rampak bedug. Dalam satu bulan Batik Krakatoa dapat menjual sekitar 300 batik,” katanya.
Helldy menjelaskan, bahan yang digunakan dalam pembuatan batik menggunakan bahan seperti sutra, dobi, fiskos, dan catun primis.“Bahan tersebut langsung kita ambil dari Kota Pekalongan. Untuk harga batiknya kita banderol mulai dari harga Rp140 ribu sampai Rp1 jutaan,” katanya.
Masih kata Helldy, tidak hanya menghadirkan berbagai motif dan corak khas Banten, Batik Krakatoa terus meningkatkan kualitas produksi batik dan memasarkan secara luas hingga ke macanegara.“Kalau di Indonesia pemasaran Batik Krakatoa sudah ke daerah Papua, Batam, dan kota lainnya. Sedangkan untuk macanegara, pernah dibawa ke Korea dan Malaysia untuk dijadikan buah tangan atau oleh-oleh,” katanya.
Helldy berharap, hadirnya Batik Krakatoa juga dapat membantu ekonomi masyarakat kecil dalam program pemberdayaan masyarakat di kota Cilegon.“Hal ini karena batik yang diproduksi disini tidak menggunakan teknologi mesin melainkan lebih pada memanfaatkan SDM (Sumber Daya Manusia).
Discussion about this post