CILEGON, BANPOS – Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh BPJS Kesehatan dalam menjaga kesinambungan program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yaitu pada pengelolaan kelompok peserta dari sektor informal. Untuk itu, sejak April 2017, BPJS Kesehatan membuka Program Kader JKN-KIS yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah kepesertaan dan meningkatkan kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan bagi segmen peserta informal atau Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU).
Tatu Nurhayati salah satunya, menjalani profesi sebagai Kader JKN adalah suatu kebanggaan tersendiri baginya. Pasalnya, berawal dari ketidaktahuan dan mencoba ingin tahu, kini Tatu menjadi salah satu sosok yang dinanti-nanti oleh warga wilayah Kelurahan Kedaleman dan Kalitimbang, Kota Cilegon.
Tatu yang mengaku mulai menjadi kader JKN-KIS pada akhir Desember 2018 lalu, sebelumnya merupakan seorang pekerja asuransi swasta. Berbekal sedikit pemahaman bersosialisasi, dirinya mencoba untuk mendaftar sebagai kader JKN-KIS.
“Saya sangat bersyukur dapat menjadi kader JKN-KIS, meski sebelumnya saya tidak mengetahui apa itu kader JKN-KIS. Namun setelah dijalani, ternyata profesi seperti ini menurut saya sangat menyenangkan. Mungkin, karena saya suka bertemu dengan banyak orang dan suka bersosialisasi, menjadi modal saya untuk jalani profesi ini,” ungkap Tatu, saat ditemui dikediamannya, di Perum GCD, Kalitimbang, Cibeber, Kota Cilegon, Selasa (24/9).
Tatu menambahkan, menjadi Kader JKN-KIS bertujuan untuk melakukan pendekatan dengan peserta agar lebih paham dengan manfaat Program JKN-KIS dan dapat rutin untuk membayar iuran sehingga peserta merasa terbantu dengan kehadiran Kader JKN-KIS.
Tatu tidak pernah bosan memberikan informasi, melakukan edukasi terkait Program JKN-KIS dan tidak lupa pula menanyakan masalah dan keluhan peserta, karena kebanyakan peserta yang tidak ingin membayar iuran karena mengeluhkan pelayanan fasilitas kesehatan, sehingga Tatu mencoba menjelaskan alur dan proses pelayanan pada fasilitas kesehatan satu per satu, sehingga mereka bisa tergerak hati untuk membayar iuran.
Discussion about this post