UNTUK menentukan tanggal 1 Syawal atau lebaran, biasanya kita menunggu pengumuman dari pemerintah. Lebaran ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan masukan dan pertimbangan banyak pihak. Diantaranya organisasi keagamaan, seperti NU, Muhammadiyah, Mathlaul Anwar dan lain-lain.
Pertimbangan ormas keagamaan kerap diakomodir oleh pemerintah. Tapi kadang berbeda. Makanya tidak heran bila kita pernah melaksanakan lebaran pada hari yang berbeda.
NU dan Muhammadiyah merupakan ormas keagamaan besar yang kerap menyampaikan hasil ijtihadnya perihal waktu lebaran kepada pemerintah. Seringkali keduanya berpendapat sama. Walau kadang berbeda.
Karena itulah kita, umat Islam Indonesia pernah melaksanakan lebaran pada hari yang berbeda. Sejatinya, perbedaan itu tidak menjadi masalah. Menjadi masalah dan dikesankan bermasalah, karena seolah umat tidak kompak.
Bagi saya, beda hari lebaran itu justeru membahagiakan. Karena bisa lebaran dua kali. Kebiasaan keluarga kami, merayakan lebaran di rumah sendiri. Setelah sholat ied, bersilaturahmi dengan kerabat, sahabat, dan tetangga, siangnya berkunjung ke rumah orangtua di kampung. Bila sudah di kampung, bermalam hingga 3-4 hari.
Uniknya, bila hari lebaran berbeda, maka berbeda pula antara lebaran di rumah dengan di kampung orangtua. Lebaran di rumah biasanya lebih awal. Disitulah untungnya. Karena ketika kami berkunjung siang harinya, kami merayakan kembali lebaran di kampung keesokan harinya.
Bagi saya, beda hari lebaran itu membahagiakan. Makanya saya selalu menunggu perbedaan itu.
Discussion about this post