JAKARTA, BANPOS – Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum mengatakan, bahwa sejauh ini partainya belum menentukan sikapnya untuk berkoalisi.
“Yang pasti PKN sampai sekarang belum menentukan pilihan politik untuk mendukung siapa,” kata Anas Urbaningrum usai lakukan blusukan membagikan sekira 2 ribu paket sembako kepada sejumlah warga di RT 05/RW 09, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (24/8).
Ia menuturkan, jika koalisi untuk Pilpres 2024 yang terbentuk saat ini, masih sangat dinamis dan berubah.
“Orang ini kan koalisinya masih belum terbentuk kan, masih ya relative late lah, relatif cair,” ujarnya.
Lalu, Anas menjelaskan, PKN akan menentukan sikap politiknya apabila, koalisi yang terbentuk resmi terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
“Biarkan kami partai yang paling muda itu menunggu koalisinya paten dulu, kemudian jodoh politiknya siapa ya kan,” tuturnya.
Ia pun menjawab pertanyaan awak media, terkait apakah partainya berpeluang mendukung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) 2024.
Anas mengatakan, hingga saat ini yang diperlukan adalah bagaimana agar Indonesia mengalami kemajuan setiap tahapan.
Kemudian, menurutnya kemajuan Indonesia bukan terletak pada istilah perubahan ataupun berkelanjutan.
“Yang penting bukan adu istilah, tetapi adu jalan pikiran yang benar agar tiap tahap itu naik pangkat,” tegasnya.
Dengan demikian, lanjutnya jika PKN akan berkoalisi dengan partai politik (parpol) manapun bukan karena soal adanya jargon-jargon tertentu.
“Jadi PKN itu ketika nanti menentukan pilihan, tidak terfokus pada jargon-jargon,” ujarnya.
Selain itu, Anas juga menjelaskan, bahwa PKN akan mempelajari perubahan maupun keberlanjutan yang dimaksud.
“Jargonnya perubahan atau misalnya melanjutkan. Kami akan pelajari detailnya seperti apa. Kalau perubahan apa yang mau dirubah, kalau melanjutkan apanya yang dilanjutkan,” jelasnya.
Sebab, Anas menganggap mengenai nama koalisi bukan sebuah hal yang substansial untuk diperdebatkan.
“Jadi kami tidak mau emosional, tertarik untuk masuk pada perdebatan-perdebatan terminologis dan jargonistik. Itu tidak substantif menurut saya,” pungkasnya.
Discussion about this post