JAKARTA,BANPOS – Koalisi Perubahan hingga saat ini belum dideklarasikan. Demikian juga dengan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang akan mendampingi Calon Presiden (Capres) yang diusung Partai NasDem, Anies Baswedan.
Dari hitungan-hitungan poli¬tik, Ketua Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono dinilai lebih kuat menjadi Cawapresnya Anies. “Anies itu sangat bagus jika berpasangan dengan AHY, dibandingkan pasangan lain. Dengan Aher deadlock, dengan Andika deadlock, paling mung¬kin dengan AHY,” ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno ke¬pada Rakyat Merdeka, kemarin.
Usulan Adi itu sempat disampaikannya di acara CNN Indonesia TV live Senin, 16 Januari 2023. Kala itu, hadir sebagai pembicara, Juru Bicara DPP Partai Demokrat, Irwan Fecho; Koordinator Presidium DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) La Ode Basir, dan Ketua DPP Partai Demokrat, Effendy Choirie.
Staf pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini menyarankan, ketimbang capek-capek mencari pasangan dari luarpartai Koalisi Perubahan yang diisi Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai NasDem, lebih baik me¬milih AHY.
Di luar partai itu misalnya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang juga politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), atau mantan Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa sama sekali tidak mewakili kubu oposisi.
“Kalau Anies-AHY, replika wajah oposisi, dan elektabilitas¬nya juga kuat. Jadi jangan rumit-rumit. Jangan ada syaiun-syaiun atau sesuatu lain,” kelakarnya.
Dijelaskannya, syaiun-syaiun itu, bisa saja berangkat dari un¬sur suka atau tidak suka AHY menjadi Cawapres. Kemudian, karena AHY masih muda dan minim pengalaman politik seperti belum pernah menjadi Gubernur atau Menteri. “Atau mungkin syaiun-syaiun itu kare¬na minim logistik,” sebutnya.
Sesuatu lainnya, menurut Adi, bisa saja Koalisi Perubahan tidak memilih AHY karena belum ada sejarah bersama koalisi antara Partai Demokrat dengan Partai NasDem. Jadi, tegasnya, jika koalisi ini deadlock, jangan mengambinghitamkan faktor eksternal.
Sederhananya, kata Adi, faktor eksternal itu bisa menggunakan ukuran elektabilitas sebagai titik temu koalisi. Termasuk soal me¬nentukan siapa Cawapres Anies. “Jadi, kalau deadlock jangan menuduh apapun, itu masalah internal di koalisi,” tutupnya.
Menanggapi usulan terse¬but, Deputi Badan Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Pusat (Bappilu DPP) Partai Demokrat Kamhar Lakumani mengaku senang. Menurutnya, jika ingin Koalisi Perubahan menang di pesta demokrasi mendatang, ma¬ka pilihan rasionalnya itu AHY.
“Anies-AHY itu mantul seka¬li. Kita sudah cek di akar rumput, banyak yang menghendaki itu. Ini sangat kuat dan sesuai den¬gan harapan rakyat yang ingin perubahan,” ujar Kamhar kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Asumsinya, duet Anies-AHY itu saling mengisi dan melengkapi dari sisi elektabilitas. Misalnya, di Pulau Jawa, AHY dianggap bisa memberik kontribusi elektoral di Jawa Timur yang notabene daerah asal Susilo Bambang Yudhoyono (AHY). Sementara Anies, unggul di DKI Jakarta dan Yogyakarta. “Untuk Jawa Barat dan Banten, keduanya memiliki basis dukungan yang kuat. Jadi, benar-benar paasangan ini saling menguatkan,” pungkasnya.(RMID)
Discussion about this post