INDONESIA, BANPOS – Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai, subsidi BBM tidak boleh terus menjadi beban negara. Subsidi BBM, disebutnya, perlu dialihkan ke sektor yang lebih penting.
“Pemerintah sejauh ini telah berpikir cukup panjang soal bentuk subsidi, BBM tidak mungkin terus membebani, dan dalam kondisi ekonomi kita yang membaik, maka pengalihan subsidi BBM menjadi sangat penting,” ujar Dedi, Rabu (9/11).
Dedi menilai, pemerintah telah berupaya dengan rasionalitas, dan publik dengan pengalihan itu akan tetap terayomi oleh kebijakan subsidi.
Karena itu, Dedi pun melihat BLT dalam situasi saat ini adalah langkah tepat. Pasalnya, subsidi BBM lebih banyak dinikmati kelompok yang sebenarnya mampu.
Oleh sebab itu, dengan transaksi BLT secara langsung, pemerintah berhadapan dan bertemu langsung dengan penerima.
“Hal ini memungkinkan ketepatan sasaran jauh lebih pasti dibanding subsidi yang dibayarkan pada korporat,” tuturnya.
Terkait hal itu, Dedi mengatakan pemerintah dengan gagasan BLT perlu didukung karena terbukti membantu masyarakat.
Diketahui, konsumsi solar bersubsidi sudah mencapai 11,4 juta kiloliter dari total kuota 15,1 juta kiloliter dan konsumsi pertalite bersubsidi sudah mencapai 19,5 juta kiloliter dari total kuota 23,05 juta kiloliter hingga Agustus 2022
Pemerintah pun telah menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 lebih dari tiga kali lipat, dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun.
Jika konsumsi BBM melebihi kuota subsidi, diperkirakan anggaran subsidi dan kompensasi BBM akan membengkak lebih besar lagi.(RM.ID)
Discussion about this post