BAKSEL, BANPOS – Pekerjaan rehab daerah irigasi (DI) Cimandiri dengan nilai anggaran Rp 1,75 Miliar untuk mengairi Blok Persawahan Cikadu dan Citegal di Desa Panyaungan Kecamatan Cihara ini dituding hasilnya tidak maksimal karena diduga dikerjakan asal-asalan, Senin (20/06).
Keterangan dari beberapa petani setempat yang sengaja tidak disebut namanya mengatakan, proyek irigasi itu dikerjakan oleh CV NHF Infrastruktur. Namun dari hasil pekerjaan penembokan untuk saluran irigasi itu baru beberapa hari di kerjakan nyaris mengalami jebol lagi. Pasalnya, karena pekerjaan tersebut hanya menyulam bangunan sebelumnya tanpa dibongkar dan diganti total,” Senin (20/6).
“Itu terlihat jelas bangunan hanya disulam saja, pada hal harusnya itu dibongkar dulu agar patahan temboknya itu tidak lagi berbekas, yang paling penting tidak patah dan ambrol seperti ini,” ungkap beberapa orang petani yang punya lahan di Citegal.
Menurutnya, sekalipun pekerjaan ini rehab, tapi para petani sebagai penerima manfaat saluran air dari irigasi itu akan menolak hasil pekerjaan yang diduga asal jadi tersebut,
“Ya kami sebagai penerima manfaat tidak mau hasil pekerjaan seperti ini. Coba saja bapak lihat, itu terkesan asal poles gitu, sehingga jelas tidak berkualitas,” ungkapnya lagi.
Sementara, aktivis sosial kemasyarakatan setempat, Miztahudin mengatakan bahwa pihaknya pun mengaku sudah melakukan investigasi terkait proyek tersebut. Ia pun membenarkan soal pekerjaan DI yang terkesan asal jadi tersebut.
“Itu anggarannya besar, Rp 1,75 juta. Tapi sungguh anggaran yang sangat fantastis, tapi tak sesuai dengan hasil pekerjaan. Walaupun paket pekerjaannya hanya peningkatan, kami mewakili sebagai penerima manfaat dari irigasi DI Cimandiri meminta untuk diperbaiki lagi. Karena kami anggap pekerjaan belum maksimal karena terlihat banyak bolong dan tidak sesuai,” tandasnya.
Menurutnya, pekerjaan yang baru beberapa hari selesai itu sebagian sudah mulai pada ambrol dan rusak.
“Badan tembok lining sudah ada yang patah, ada beberapa pekerjaan di saluran terkesan asal jadi, juga ada beberapa tembok saluran yang bangunan dulu bergeser dan menyempit, itu juga tidak ganti, hanya sekedar dipoles saja. Bahkan patahan temboknya ini kami bawa untuk bukti,” ungkap Miztahudin.
Dikatakannya, selain itu proyek tersebut dikerjakan secara peran ganda oleh oknum pengawas sekaligus pelaksana di Dinas PUPR Lebak Bidang SDA Wilayah Lebak wilayah selatan.
“Setelah saya telusuri ini ada peran ganda dari pegawai PU Bidang SDA/Pengairan Kabupaten Lebak. Bayangkan, ya dia sebagai pelaksana juga bertindak selaku pengawas kegiatan. Padahal dua fungsi itu jelas berbenturan, tapi anehnya ko bisa ya,” terang Miztahudin heran.
Bukan hanya itu saja, keterkaitan peran jasa konsultan dinilainya tidak optimal dalam melakukan fungsinya. “Peran konsultan di sini saya anggap ini jelas tidak ada fungsinya,” papar Didin.
Terpisah, konsultan proyek irigasi tersebut, Yamin saat dikonfirmasi wartawan malah melempar ke pihak pengawas. “Coba saja hubungi ke pelaksana dan pengawasnya,” katanya.
Saat dihubungi BANPOS, Kepala UPT SDA PUPR Lebak Wilayah Lebak Selatan yang diduga merangkap sebagai pelaksana kegiatan tersebut, Juned membenarkan bahwa irigasi itu dirinya yang mengerjakan selaku pelaksana.” Iya, memang yang irigasi Cimandiri yang mengerjakannya saya,” ujarnya.
Namun saat ditanya soal hasil pekerjaan yang terkesan asal jadi tersebut, dirinya menjelaskan bahwa itu cuma rehab biasa saja.
“Itu proyeknya punya pak Ajat orang Sinargalih Cibeber. Cuma pekerjaan rehab saja, jadi tak masalah. Di sini saya hanya membantu-bantu saja, sekedar malawari (mendampingi, red),” jelas Juned.(WDO/PBN)
Discussion about this post