Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Agung Laksono meminta keputusan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang melakukan pemecatan terhadap Terawan Agus Putranto sesuai dengan rekomendasi dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) ditinjau kembali.
Sebab, keputusan pemecatan IDI terhadap Terawan mendapat resistensi dari masyarakat. Bahkan ada yang menganggap IDI sebagai lembaga yang tidak fair.
“IDI adalah organisasi ptofesi kedokteran yang terhormat. Jangan sampai keputusan yang dibuat IDI malah memunculkan pendapat yang negatif dari masyarakat terkait pemecatan Terawan. Apalagi sekarang sudah ada suara-suara di masyarakat mengatakan IDI tidak fair terhadap Terawan,” kata Agung Laksono dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (29/3).
Untuk itu, Agung Laksono yang juga mantan Menko Kesra itu berharap IDI menganulir keputusannya untuk tidak memecat Terawan.
“Tanpa ikut campur lebih jauh, sebaiknya putusan IDI itu ditinjau kembali, dianulir saja. Kalau ada kekurangan-kekurangan atau masalah yang sifatnya administratif toh masih bisa diperbaiki, tidak langsung dipecat,” ujarnya.
Secara pribadi, Agung Laksono sangat menyayangkan keputusan pemecatan IDI terhadap Terawan. Ia menilai mantan Menteri Kesehatan itu sosok dokter yang banyak berjasa bagi masyarakat dan bangsa ini.
“Dokter Terawan ini orang baik yang banyak berjasa di masyarakat sekaligus memberikan inovasi bagi dunia medis di Tanah Air bahkan internasional. Tapi kok ini rasanya seperti dikuyo–kuyo seperti musuh besar,” katanya.
Sebaliknya, sebagai organisasi profesi yang diberi kewenangan dalam Undang-undang, lanjut Agung Laksono, harusnya IDI bisa lebih mengayomi dan membina para anggotanya serta terbuka dengan berbagai inovasi di bidang kesehatan, farmasi, dan kedokteran.
“Apa salah Terawan sampai dipecat permanen? Terawan bukan malpraktik atau melakukan tindakan kejahatan. Justru puluhan ribu orang banyak dibantu oleh dia dengan mengembangkan Vaksin Nusantara yang dibuat oleh anak-anak bangsa ini untuk mengurangi produksi vaksin impor,” pungkasnya.
Discussion about this post