SUMATRA, BANPOS – Di lereng-lereng sunyi Desa Lubuk Hitam, Sumatera Barat, suara turbin air terdengar lirih namun pasti, mengalir bersama gemericik sungai jernih.
Tak banyak yang menyangka, desa ini kini menikmati listrik gratis—bukan dari PLN, bukan pula dari genset, tapi dari pembangkit mikrohidro yang menopang geliat ekonomi warga, terutama sektor wisata alam yang mulai bangkit.
Pindah ke Bali. Di tengah rimbunnya hutan Besakih, sinar matahari ditangkap oleh panel surya yang berjajar rapi.
Listrik yang dihasilkan digunakan para peternak lebah untuk menyalakan mesin ekstraksi madu.
Sementara di Boyolali, asap tipis dari dapur-dapur warga perlahan mengepul dari kompor biogas yang tak lagi mengandalkan kayu bakar.
E-Paper BANPOS Terbaru
Rangkaian cerita itu bukan sekadar potret romantik desa-desa pelosok. Ini adalah kisah nyata dari Desa Energi Berdikari, program besutan Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE).
Program ini tidak hanya menyediakan listrik bersih, tapi juga memantik harapan, kemandirian, dan kesadaran akan pentingnya menjaga bumi.
“Program ini bukan hanya tentang teknologi energi baru terbarukan, tapi tentang membentuk ekosistem masyarakat yang mandiri, sadar lingkungan, dan siap menghadapi masa depan,” kata Dicky Septriadi, Corporate Secretary Pertamina NRE.
Sejak digulirkan, Desa Energi Berdikari telah menjangkau 98 desa dengan total kapasitas terpasang 536,74 kilowatt peak (kWp).
Energi bersih ini mampu menurunkan emisi sekitar 665,6 ton karbon dioksida per tahun, setara dengan menanam lebih dari 31 ribu pohon dewasa.
Bukan angka main-main jika dikaitkan dengan ambisi Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060. Namun, yang lebih membekas dari angka-angka itu adalah perubahan nyata yang dirasakan masyarakat.
“Dulu kami harus pakai 20-25 liter bahan bakar minyak per hari untuk tarik air dan listrik,” ujar Menase Fami, Kepala Kampung Malasigi.
“Sekarang setelah ada bantuan PLTS dari Pertamina, kami tidak lagi harus beli bahan bakar jauh dari desa. Kami sangat berterima kasih atas dukungan ke kampung wisata adat kami ini.”
Discussion about this post