JAKARTA, BANPOS – Anggota DPD Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, pada umur yang hampir menembus lima abad, Jakarta berada di persimpangan sejarah yang monumental.
Saat ini, Jakarta tengah menggendong amanah baru yaitu menjadi pusat perekonomian nasional dan menjelma sebagai kota global sejati. Namun, mimpi besar ini menuntut reformasi struktural, investasi visi, dan kolaborasi multisektor.
“Dengan segala potensi dan tantangannya, Jakarta punya peluang besar untuk naik kelas menjadi kota global dalam satu dekade ke depan,” kata Fahira Idris, di Jakarta (22/6/2025).
Akan tetapi, untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan konsistensi kebijakan, keberanian dalam mengambil keputusan strategis, serta komitmen jangka panjang lintas generasi.
“Jakarta bukan sekadar mesin ekonomi, melainkan rumah bersama yang harus dirawat secara berkeadilan, berkelanjutan, dan berbudaya,” ucapnya.
E-Paper BANPOS Terbaru
Menurut Senator Jakarta ini, untuk menyamai kota-kota global dunia seperti New York, London, dan Tokyo, ada lima tantangan atau hal yang harus segera diwujudkan di Jakarta.
Pertama, membangun infrastruktur berkelanjutan dan inklusif. Investasi besar dalam sistem transportasi publik berbasis transit (TOD), pengolahan air bersih, sistem drainase cerdas, dan energi ramah lingkungan adalah kunci.
“Modernisasi infrastruktur tidak hanya harus mengatasi kemacetan dan banjir, tetapi juga mendorong efisiensi mobilitas, penurunan emisi, dan kenyamanan warga,” ujar aktivis perempuan ini.
Kedua, mengembangkan mesin ekonomi berdaya saing global. Saat ini, menurut Fahira Idris, ekonomi Jakarta masih didominasi sektor tersier (jasa dan perdagangan).
Agar lebih kompetitif, perlu dikembangkan sektor sekunder berbasis manufaktur dan teknologi tinggi, serta ekonomi kreatif dan digital. Jakarta juga dapat menargetkan posisi sebagai pusat ekonomi syariah dunia atau pusat inovasi teknologi di Asia Tenggara.
Ketiga, meningkatkan kualitas hidup dan kesetaraan sosial. Ketimpangan dan pengangguran terbuka masih menjadi pekerjaan rumah besar. Saat ini, kata Fahira Idris, rasio gini yang tinggi di Jakarta mencerminkan adanya kesenjangan kesejahteraan yang tajam.
Discussion about this post