Dari diskusi yang berlangsung dinamis, Jaka menyebut beberapa rekomendasi strategis berhasil dirumuskan, di antaranya penguatan kelompok tani melalui akses terhadap teknologi pertanian, pendampingan usaha tani, dan integrasi ke dalam pasar digital.
Peningkatan infrastruktur desa dan pertanian melalui alokasi dana desa untuk sumur irigasi, jalan akses tani, serta cold storage.
Perlindungan sosial bagi petani, termasuk asuransi gagal panen, jaminan BPJS, dan pelatihan keselamatan kerja dalam penggunaan pestisida.
Sinergi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta perlu membentuk forum kebijakan pangan daerah untuk merancang langkah konkret yang responsif dan inklusif.
“Isu lain yang mengemuka dalam diskusi termasuk dominasi perusahaan besar dalam distribusi pangan, ketergantungan terhadap impor bahan pokok, dan belum optimalnya pemanfaatan hasil riset dalam pengambilan keputusan kebijakan,” jelasnya.
E-Paper BANPOS Terbaru
Kegiatan ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada para narasumber dan moderator, dilanjutkan dengan sesi dokumentasi dan pengumuman kegiatan diseminasi lanjutan yang akan melibatkan lebih banyak mitra kampus dan pemangku kepentingan daerah.
“Kami berharap kegiatan ini menjadi awal dari gerakan kolaboratif yang lebih luas. Kampus bukan hanya ruang belajar, tetapi juga ruang penggerak perubahan sosial,” tandasnya.
Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari Zakaria Habib Al-Ra’zie, selaku Ketua Prodi Administrasi Negara UNPAM Serang.
Dalam kapasitasnya sebagai reviewer kegiatan, ia menegaskan bahwa riset dan pengabdian masyarakat tidak boleh berhenti di ruang kelas atau jurnal ilmiah saja, tetapi harus dikaitkan dengan realitas kebijakan yang tengah berlangsung.
“Kami mendorong agar setiap produk akademik, termasuk PKM dan penelitian mahasiswa, terhubung langsung dengan kebutuhan masyarakat dan kebijakan publik aktual. Ketahanan pangan adalah contoh konkret bagaimana pengetahuan dapat menjadi alat perubahan sosial,” tandasnya.
Discussion about this post