SERANG, BANPOS — Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Serang saat ini, Nanang Saefudin, dinilai oleh akademisi dan tokoh masyarakat tak cocok dengan gaya kepemimpinan dari duet Budi Rustandi dan Nur Agis Aulia.
Sebab, duet ‘Bugis’ itu dinilai penuh dengan gebrakan, cepat dan lugas dalam bertindak. Sementara itu, Nanang dipandang tak dapat mengimbangi ritme kerja dari keduanya.
Padahal, posisi Nanang yang merupakan Panglima ASN di Pemkot Serang, seharusnya dapat mengikuti irama kerja dari Bugis dengan menggerakkan roda birokrasi dengan baik. Apalagi, di tengah upaya pemenuhan 100 hari kerja dari duet itu.
Pengamat pemerintahan, Yhannu Setyawan, menilai bahwa publik belum melihat perubahan signifikan dalam pola kerja birokrasi Kota Serang sejak pemerintahan baru berjalan. Ia menyebut, ritme kerja Sekda belum mampu menunjang akselerasi kebijakan yang digagas kepala daerah.
“Jadi maksud saya, kita publik ya tidak melihat perubahan kinerja birokrasi dari yang dulu sampai sekarang gitu loh,” ujar Yhannu, Selasa (17/6).
E-Paper BANPOS Terbaru
Menurutnya, posisi Sekda ibarat mesin dalam sebuah kendaraan. Jika mesin tersebut tidak berjalan optimal, maka kendaraan tidak akan melaju sesuai harapan, tak peduli siapa pun pengemudinya.
“Sehingga ya memang sudah waktunya melakukan penyegaran terhadap organ penyelenggara pemerintahan. Supaya apa? Supaya mampu mengimbangi driver baru yang mungkin punya gagasan yang berbeda dengan driver lama,” terangnya.
Yhannu juga menegaskan, evaluasi kinerja seharusnya menjadi hal yang lazim dan tidak dianggap tabu dalam pemerintahan. Justru langkah tersebut penting agar tercipta iklim kompetitif di tubuh birokrasi.
“Sebetulnya biasa saja, bukan sesuatu yang luar biasa ya. Dan ini akan membangun iklim kompetisi di lingkungan aparatur birokrasi,” tegasnya.
Pandangan serupa disampaikan oleh akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Ahmad Sururi. Ia menilai kinerja Sekda perlu lebih optimal, terutama dalam membantu kepala daerah menjalankan program-program prioritas yang kini semakin dinamis.