CILEGON, BANPOS – Dalam upaya memperkuat peran dan posisi wartawan di tengah tantangan industri media yang terus berubah, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Cilegon menggelar Rapat Silaturahmi dan Evaluasi Program Kerja bertempat di Resto Batu Atas, Taman Cilegon, Jumat (30/5).
Acara ini dihadiri oleh jajaran pengurus dan anggota PWI Kota Cilegon serta menjadi forum terbuka untuk mengevaluasi dinamika profesi wartawan, membahas penguatan etika jurnalistik, serta menjajaki strategi pengembangan ekonomi wartawan secara profesional dan beretika.
Ketua PWI Kota Cilegon, Ahmad Fauzi Chan, menegaskan bahwa keanggotaan PWI bersifat personal dan tidak dapat digunakan sebagai identitas lembaga media tempat wartawan bekerja. Ia mengingatkan agar tidak sembarangan mencantumkan logo atau atribut PWI pada platform atau portal media massa.
“Anggota PWI adalah individu, bukan lembaga. Maka, logo PWI tidak boleh dicantumkan di situs media massa karena itu bukan identitas institusional,” tegas Ichan.
Sebaliknya, ia menjelaskan bahwa penggunaan logo Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) memiliki ketentuan berbeda karena berkaitan langsung dengan perusahaan media. Namun, penggunaan logo tersebut tetap harus dibuktikan dengan dokumen keanggotaan resmi seperti sertifikat.
E-Paper BANPOS Terbaru
“Kalau SMSI, itu memang untuk perusahaan media. Tapi tetap harus ada sertifikat atau bukti keanggotaan yang sah. Kalau digunakan sembarangan, berarti melanggar,” tambahnya.
Dalam diskusi yang berlangsung dinamis, isu kredibilitas media menjadi salah satu sorotan utama. Ichan mengingatkan agar media berhati-hati dalam mengambil atau mengutip informasi dari sesama media, terutama jika belum dilakukan verifikasi secara menyeluruh.
“Kredibilitas media bisa rusak hanya karena satu informasi yang tidak tervalidasi. Kutip-mengutip boleh saja, tapi pastikan berita itu benar dan terkonfirmasi. Jangan sampai kita saling menjatuhkan hanya karena tergesa-gesa menyebarkan berita,” ujar Ichan.
Menyikapi tantangan ekonomi wartawan, PWI Cilegon juga menekankan pentingnya membangun etika bisnis dalam menjalankan profesi. Wartawan didorong untuk mencari peluang ekonomi secara profesional dan tidak menggunakan cara-cara yang merusak nama baik profesi, seperti tekanan atau ancaman terhadap narasumber atau mitra.