Ia juga mempertimbangkan penyesuaian landscape dan perbaikan lahan parkir agar akses masyarakat ke rumah sakit lebih baik. Namun semua itu bergantung pada fleksibilitas anggaran dan izin dari kepala daerah.
Menurut Lendy, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa bangunan yang telah berdiri megah tersebut berisiko mangkrak apabila tidak ada kejelasan pendanaan dalam waktu dekat.
Selain berpotensi menambah beban anggaran pemeliharaan, bangunan kosong juga dikhawatirkan dapat menimbulkan kerusakan dini akibat tidak difungsikan.
“Sayang sekali kalau bangunannya sudah rapi dari luar tapi dibiarkan lama tidak digunakan. Kita khawatir ada kerusakan dini kalau tidak segera difungsikan,” katanya.
Selain itu, penundaan pembangunan berdampak langsung terhadap pelayanan kesehatan kepada masyarakat. RSUD Cilegon saat ini masih menghadapi keterbatasan ruang layanan dan fasilitas medis, terutama untuk kasus darurat dan layanan rawat inap.
E-Paper BANPOS Terbaru
Sebagai informasi, proyek pembangunan Gedung Medical Center RSUD Cilegon ini telah dirancang sejak 2023 dengan total kebutuhan anggaran sebesar Rp107 miliar.
Pada tahap pertama, RSUD mendapat alokasi anggaran sebesar Rp55 miliar, namun setelah melalui proses lelang dan negosiasi, hanya diserap sebesar Rp50 miliar.
“Jadi seharusnya kebutuhan tahan dua sekitar Rp50 miliar lagi. Tapi karena belum ada kejelasan anggaran, kami juga tidak bisa memastikan kapan tahap dua bisa dimulai,” ucap Lendy. (LUK/PAY)