“Kawasan di sini hingga sekarang memang belum pernah ada yang melakukan kajian penelitian sejarah
secara utuh, karena itu kami dari Bantenologi mencoba mengkaji wacana awal yang dikaitkan dengan
situasi peristiwanya," terang Yadi.
Tambahnya, hasil penelitiannya itu untuk sumbangan referensi kesejarahan Baksel yang hubungannya
dengan Kebantenan. "Di sini kami sudah banyak mengumpulkan data otentik, mulai dari masa
prasejarah, sejarah hingga zaman kolonial, tinggal nanti kita formulasikan menjadi acuan akademis di
ruang masing-masing," jelasnya.
Pemateri lain dari Garmuba, Frans Son Ghaha, menyebut bahwa hingga saat ini pihaknya mengaku
masih tengah melakukan observasi semiotika pada area dan lokasi yang diperkirakan jadi bahan
penelitian, sebagai objek cagar budaya di Baksel dan juga yang diduga batuan artefak.
Untuk yang prasejarah, kami masih melakukan penelusuran dari situs yang sudah kami inventarisir.
Seperti pada bebatuan megalitikum yang dicurigai sebagai situs purba, seperti yang di Polotot, dan
Leuweung Taman di Malingping batu luhur di Cijaku dan di kawasan pedalaman Cigemblong,” ucapnya.
Selain itu, kata Frans, juga observasi yang dilakukan di Sawarna, Bayah, Cibobos Kecamatan Cihara dan
Cibeber. "Termasuk bebatuan di Sawarna, Cibobos kita lakukan tracking, juga pada situs purbakala
Cibedug di Cibeber.
Metode landasan awalnya kami hubungkan dengan cerita rakyat setempat dan
dikaitkan dengan karakteristik daerah itu. Dan untuk artefak megalitikumnya kita bantu lakukan uji
karbon,tuturnya. (WDO/DZH)
Discussion about this post