Namun, ia tidak tahu pasti mengapa katup pemancar air itu tidak dibuka pada saat hujan lebat yang terjadi selama empat hari itu. Akan tetapi ia mengaku bahwa dirinya dan sejumlah warga sempat memberikan saran kepada pihak pengelola, agar tidak menutup katup air tersebut. Sebab apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, Kota Serang akan terdampak sangat parah.
“Gak tau sih, namanya saya mah bukan tugasnya. Tapi padahal kan dari awal sudah saya kasih saran. Hujan berhari-hari, ini ditutup total (katup pemancar). Bahaya, yang kasiannya itu rumah sakit daerah, karena ada di atas aliran Cibanten. Eh bener aja kejadian. Padahal kalau ini dibuka, aliran di sana (spillway) cuman ngalir biasa aja, paling 1 atau 2 jengkal aja, nggak bakal meluap gitu,” tuturnya.
Pihak BBWSC3 selaku penanggungjawab bendungan Sindangheula, saat hendak dikonfirmasi oleh BANPOS tidak kunjung memberikan respon. Sejak Selasa (4/7) hingga Kamis (6/7), BANPOS berupaya untuk bertemu dengan pihak yang terkait dengan pengelolaan bendungan Sindangheula. Namun, pejabat terkait selalu tidak ada di kantor BBWSC3 yang berada di Benggala, Kota Serang.
Namun, BANPOS berhasil menemui Hadian yang mengaku sebagai Sekretaris BBWSC3. Hadian mengatakan bahwa untuk wawancara, kebijakan pada kantornya harus satu pintu melalui Kepala BBWSC3. Akan tetapi, dia tidak bisa memastikan kapan Kepala BBWSC3 dapat diwawancarai.
BANPOS pun beberapa kali berkoordinasi dengan Hadian, terkait dengan konfirmasi yang ingin dilakukan oleh BANPOS. Sayangnya, Hadian tetap mengaku tidak tahu kapan konfirmasi dapat diberikan.
Discussion about this post