JAKARTA, BANPOS - Kalau sampai "berjodoh", Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo akan jadi duet maut yang tak mudah dikalahkan. Namun, apa mungkin mereka bisa berpasangan? Ini yang sulit... Prabowo-Ganjar sedang ramai dijodoh-jodohkan, usai keduanya tampil mesra saat mendampingi Presiden Jokowi panen raya, di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis lalu. Partai Gerindra menyambut hangat wacana menduetkan Prabowo dengan Ganjar. Namun, partai berlambang kepala Garuda ini, mematok sejumlah syarat. Yang paling utama dan tak bisa ditawar-tawar adalah Prabowo capresnya. Ganjar jadi cawapres. Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo, tak mungkin Ganjar jadi capres. Soalnya, Gerindra sudah menetapkan untuk mengusung Prabowo sebagai capres. Selain itu, eks Danjen Kopassus yang kini berusia 71 tahun itu, dianggap lebih memiliki pengalaman dalam berpolitik. Jarak usia Prabowo dan Ganjar terpaut 15 tahun. Usia Prabowo yang lebih senior, dinilai Hashim, sebagai jaminan Prabowo lebih memiliki kematangan dalam berpolitik. “Jadi, kami terbuka kalau Pak Ganjar mau diduetkan dengan Pak Prabowo,” kata Hashim, usai Deklarasi Prabowo Mania 08, di Gedung Joang 45, Jakarta Pusat, kemarin. Tantangan lain untuk menduetkan Prabowo-Ganjar adalah lobi-lobi dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR). Saat ini, KIR beranggotakan Gerindra dan PKB. Jika ingin menduetkan Prabowo dengan Ganjar, Gerindra tentu harus berbicara lebih dulu dengan PKB. Hashim mengatakan, wacana untuk menduetkan Prabowo dan Ganjar belum dibahas dengan koalisi. Namun, yang jelas, opsi cawapres Prabowo masih terbuka untuk siapa pun. PKB memang mengusulkan nama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres pendamping Prabowo. Hanya saja, nama tersebut belum disepakati koalisi. Jadi, masih terbuka untuk mengusung nama lain sebagai cawapres. "Kami menangkap tidak perlu sampai 100 persen harus Pak Muhaimin. Kalau harus Pak Muhaimin kan sudah deklarasi bulan Agustus tahun lalu. Sekarang masih terbuka," ujarnya. Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria berbicara realistis mengenai wacana menduetkan Prabowo-Ganjar. Kata mantan Wagub DKI Jakarta ini, duet Prabowo-Ganjar masih sebatas wacana dan masukan. Belum sampai dibicarakan di internal partai, apalagi dengan koalisi. Riza memastikan, siapa pun cawapres yang akan mendampingi Prabowo pasti akan dibicarakan dengan PKB sebagai mitra koalisi. Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan hal serupa. Kata dia, partainya masih menimbang dan melakukan kalkulasi siapa tokoh yang cocok untuk mendampingi Prabowo. Yang jelas, keputusan siapa capres-cawapres yang akan diusung akan dibicarakan bersama oleh Prabowo dan Imin. Ia pun meminta kader sabar menunggu. Ia berharap jika nantinya sudah diumumkan, seluruh kader harus bekerja memenangkan Prabowo. Imin pun sudah menegaskan, tak ingin Prabowo dan Ganjar bersatu. Sebab, yang diharapkannya adalah Prabowo maju bersamanya di Pilpres 2024. Imin menegaskan, Gerindra dan PKB sudah bersepakat untuk berkoalisi dan tetap solid. Soal siapa capres-cawapres yang akan diusung, kedua parpol sepakat untuk membicarakan bersama-sama. "Kami sudah berkomitmen, keputusan akhir saya dan Bapak Prabowo," kata Imin, di Jakarta, kemarin.<!--nextpage--> Namun begitu, Imin tetap memberikan pujian. Menurut, Prabowo dan Ganjar adalah tokoh yang punya potensi untuk berkompetisi di Pilpres 2024, sebagai capres. Dalam titik ini, menurut Imin pertemuan keduanya sangat positif. Waketum PKB Jazilul Fawaid menegaskan, Imin adalah cawapres yang ideal dan mendapat dukungan dari warga nahdliyin, terutama para kiai dan santri. Karenanya, PKB akan mengutamakan Imin untuk mendampingi Prabowo. “Gus Muhaimin lahir dari pesantren, cucunya Mbah Bisri Syansuri (salah satu pendiri Nahdlatul Ulama). Kurang apa? Beliau lahir dan besar dari dunia aktivis sebagai ketum PB PMII, bukan seorang pedagang yang nanti akan dagang negara atau yang disebut oligarki, bukan,” kata Jazil, kemarin. PDIP, sebagai partai tempat Ganjar bernaung, juga belum begitu tertarik untuk menduetkan kadernya dengan Prabowo. Ketua DPP PDIP Said Abdullah menyatakan, pertemuan Prabowo dan Ganjar di acara panen itu dalam urusan menjaga ketahanan pangan nasional. Tak ada urusannya dengan politik apalagi capres-cawapres. "Jadi kami tidak mau berpikiran lebih jauh menyangkut soal Pilpres 2024," kata Said. Sementara, pengamat politik dari Universitas Paramadina Khoirul Umam menyampaikan, Prabowo dan Ganjar saat ini selalu disebut-sebut sebagai capres. Elektabilitas keduanya pun kompetitif. Dalam sejumlah survei, keduanya selalu berada di tiga besar. Jadi, kalau keduanya diduetkan tentu akan menjadi pasangan yang ideal dan sulit dikalahkan. "Kalau berhasil duet, pasangan ini akan tidak mudah dikalahkan," kata Khoirul Umam, kemarin. Dalam analisanya, pasangan yang paling mungkin melawan duet ini adalah Anies-AHY atau Anies-Khofifah. Persoalannya, kata dia, duet Prabowo-Ganjar tak mudah untuk disatukan. Duet ini sulit mendapat dukungan dari PDIP. Partai berlambang kepala banteng moncong putih itu sepertinya tak akan rela tiket emasnya diserahkan kepada Ganjar. Apalagi posisinya sebagai cawapres. "PDIP saat ini punya elektabilitas tertinggi. Jadi seharusnya memiliki hak veto untuk menentukan siapa capres yang akan diusung koalisinya," kata Umam. Selain itu, Umam menilai PDIP akan lebih memilih mengusung Puan Maharani. "Kalau tiket diberikan ke Ganjar, lalu bagaimana nasib Puan?" ujarnya. Jika mengandalkan PKB, Umam pun tak yakin Imin akan mendukung duet tersebut. "Sulit menyatukan pasangan ini," pungkasnya.(RMID)<!--nextpage-->
Discussion about this post