Heru mengakui, strategi penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) ini menarik dicermati, tetapi dengan sejumlah catatan, antara lain terkait valuasi dan bisnis model. Investor saat ini lebih kritis dan lebih cermat dalam menghitung valuasi yang wajar dari sebuah perusahaan rintisan.
“Soal bisnis model, investor sudah tidak tertarik dengan strategi membakar uang untuk mengejar pertumbuhan. Investor kini lebih peduli dengan perusahaan rintisan yang memiliki pendapatan yang jelas dan biaya operasional yang masuk akal,” katanya.
Maka dari itu, hal tersebut juga perlu menjadi perhatian agar penjualan saham lebih rasional dan harganya wajar. Hal itu lantaran tingkat kepercayaan investor yang semakin cermat dalam melakukan valuasi perusahaan rintisan.
“Namun, bagi perusahaan rintisan yang belum bisa melakukan pembiayaan mandiri, ada peluang mendapatkan pendanaan melalui pembiayaan dari perbankan, misalnya melalui Garuda Fund, yakni perusahaan pendanaan untuk perusahaan rintisan nasional hasil joint venture antara Bank Danamon dan MUFG,” tandasnya.
Sesuai levelnya, terdapat enam seri pendanaan untuk perusahaan rintisan berdasarkan jumlah dana yang digelontorkan, yakni Pre-Seed/Seed (50.000-60.000 dolar AS), Series A (600.000-3 juta dolar AS), Series B (5 juta-20 juta dolar AS), Series C (25 juta-100 juta dolar AS), Series D, E, F, dan G (di atas Series C tapi belum memenuhi persyaratan untuk IPO), dan pendanaan untuk perusahaan rintisan yang siap IPO. (ANT/MUF)
Discussion about this post