JAKARTA, BANPOS - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mendorong agar National Logistic Ecosystem (NLE) tidak hanya diterapkan di pelabuhan tapi juga di bandara. Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, ALFI juga mendorong NLE sebagai program action yang inclusive, collaboratif dan progressive di Indonesia. "Bahkan sejak tahun 2017, ALFI telah ikut terlibat aktif dalam komitmen dan terus mendorong implementasi NLE di Pelabuhan dan Bandara tersebut," ujarnya dalam keterangan resminya, Minggu (26/2). Menurut Yukki, banyak pengusaha logistik melihat adanya efisiensi layanan logistik melalui program NLE itu. Terobosannya cukup signifikan dan menciptakan integrasi yang pada gilirannya menghasilkan efisiensi. "Harapannya kedepan lebih masif lagi, termasuk pemanfaatan fasilitas di NLE oleh stakeholders di sektor privat juga perlu didorong," katanya. Yukki menilai, secara umum implementasi NLE bertujuan untuk meningkatkan kinerja logistik nasional, memperbaiki iklim investasi, serta meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Aktivitas logistik merupakan salah satu roda penggerak perekonomian Indonesia. Apalagi, kata Yukki, implementasi NLE diyakini mampu memperbaiki manajemen supply chain atau rantai pasokan. Sehingga, proses logistik bisa menghasilkan biaya yang lebih efisien dan siklus produksi yang semakin cepat. Yukki menjelaska, NLE adalah suatu ekosistem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang. NLE, kata dia, juga mengenalkan suatu konsep kolaborasi digital yang memungkinkan entitas logistik terhubung dengan pemerintah serta platform logistik lainnya. Selain itu, NLE memperkaya peran Indonesia national single window (INSW). "Makanya ALFI sangat mengapresiasi dan terus mendorong NLE dapat dilaksanakan selain di pelabuhan juga di bandara. Kamimendorong NLE di implementasikan di semua bandara dan pelabuhan secara bertahap sampai dengan 2024 sesuai dengan Keppres dan masuk kepada ekosistem logistik," jelasnya. Ketua DPW ALFI DKI Jakarta Adil Karim juga mendukung sepenuhnya implementasi NLE di pelabuhan maupun bandara. "Kami akan terus menyosialisasikan implementasi NLE kepada perusahaan anggotanya yang berkegiatan di pelabuhan Tanjung Priok maupun di Bandara Soekarno Hatta," ujar Adil. Sebelumnya, Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai yang sekaligus Ketua Pelaksana Harian Tim Teknis Pengembangan NLE Rudy Rahmaddi mengatakan, hingga kini NLE telah diimplementasikan pada 14 pelabuhan. Secara umum, persepsi pengguna jasa menilai adanya efisiensi program NLE, khususnya layanan SSm Perizinan, SSm QC, Delivery Order, Surat Penyerahan Petikemas Online, Autogate, dan Trucking. Efisiensi waktu dan biaya yang berdasarkan laporan survei Prospera berkisar 24,6 persen sampai 49,5 persen. Berdasarkan data Lembaga National Single Window (LNSW), estimasi penurunan biaya timbun dan biaya penarikan untuk behandle atau pemeriksaan mulai dari awal implementasi SSm Pabean Karantina pada Juni 2020-Desember 2022 sebesar Rp 191,32 miliar atau 33,48 persen. Selain itu, rata-rata efisiensi waktunya sebesar 22,37 persen. NLE juga diyakini bisa mendongkrak performance logistik nasional sekaligus menargetkan efisiensi biaya logistik di kisaran 60-80 persen. Target tersebut karena efisiensi NLE saat ini baru di kisaran 50 persen, sehingga belum cukup untuk Indonesia yang secara geografis menantang karena merupakan negara kepulauan.(RMID)<!--nextpage-->
Discussion about this post