“Sebelum IPO mereka sudah menyandang status decacorn. Pasca IPO mereka meraup triliunan Rupiah baik dari pencatatan saham maupun investasi Telkomsel,” katanya.
Kata dia, bagaimana mungkin mereka masih bisa merugi? Apalagi seharusnya mereka memperoleh keuntungan besar dengan suasana pandemi beberapa tahun terakhir, karena orang-orang tidak bisa keluar rumah sehingga harus mengandalkan jasa mereka seperti mengantar barang dan makanan.
“Buktinya, mereka meraup pendapatan kotor Rp 16 triliun di kuartal III ini,” tanya Hendra.
Dugaan Hendra, PHK massal tersebut karena GoTo sedang melakukan efisiensi setelah bertahun-tahun melakukan praktek membakar uang secara berlebihan, namun memakai kondisi ekonomi global sebagai dalih untuk sembunyikan alasan sebenarnya.
“Sepertinya kita harus menambah istilah baru untuk startup yang seolah bervaluasi miliaran tapi tidak sehat, yaitu popcorn. Popcorn itu dari luar putih, indah dan memancing indra penciuman tapi di dalam berminyak dan banyak garam, sehingga tidak sehat mengkonsumsi berlebihan,” seloroh Hendra.(RM.ID)
Discussion about this post