Menurutnya, jika Eropa benar-benar peduli dengan nasib orang-orang itu, mereka dapat membuat jalur hukum, seperti yang dilakukan Qatar.
Pekerja migran mestinya juga bisa datang ke Eropa untuk bekerja. Beri mereka masa depan, harapan.
“Saya kesulitan memahami kritik. Kita harus berinvestasi dalam membantu orang-orang ini. Dalam pendidikan, dan memberi mereka masa depan yang lebih baik, serta lebih banyak harapan. Kita semua harus mendidik diri kita sendirim Banyak hal yang tidak sempurna. Reformasi dan perubahan membutuhkan waktu,” tutur Infantino yang belum lama ini ke Jakarta, atas undangan Presiden Jokowi, untuk mentransformasi PSSI.
Baginya, pelajaran moral sepihak ini hanyalah kemunafikan. Dia bertanya-tanya, mengapa tidak ada yang mengakui kemajuan yang dibuat Qatar, sejak 2016.
Infantino meyakini, menerima kritik atas keputusan yang dibuat 12 tahun lalu, bukan persoalan gampang. Namun, Qatar siap menjadi Piala Dunia tahun ini, sebagai yang terbaik yang pernah ada.
“Saya tidak harus membela Qatar. Mereka bisa membela diri. Saya membela sepak bola. Qatar telah membuat kemajuan. Saya pun merasakan banyak hal lainnya,” tegas Infantino.
“Tentu saja saya bukan orang Qatar, Arab, Afrika, gay, cacat, atau pekerja migran. Tapi saya merasa seperti mereka. Marena saya tahu apa artinya didiskriminasi, dan diintimidasi sebagai orang asing di negara asing,” imbuhnya.
Saat ini, Qatar berada di bawah tekanan untuk membangun pusat pekerja migran.
Terkait hal tersebut, Infantino mengumumkan “kantor khusus dan permanen” di Doha, menyusul diskusi dengan pemerintah Qatar dan ILO.
Dia juga menegaskan, setiap pekerja yang mengalami kecelakaan akan menerima kompensasi secara hukum.
“Tergantung besarannya. Jumlahnya bisa mencapai beberapa tahun gajinya,” tandas Infantino.(RM.ID)
Discussion about this post