“Kalau ternyata Bulog malah mau impor justru terkesan seperti mengkoreksi ucapan Jokowi. Jangan merusak kebanggaan Pak Jokowi!” tandas pakar ekonomi kerakyatan itu.
Darmadi menjelaskan, Bulog didesain sebagai lembaga atau kepanjangan tangan Pemerintah untuk memastikan stok beras terjaga. Kalau pada akhirnya yang terjadi adalah impor beras, tentu ada yang keliru terkait tata kelola Bulog selama ini.
“Bagaimana mau mengimple¬mentasikan konsep swasem¬bada pangan, jika lembaga yang diberikan amanah tersebut kurang kreatif dan diduga mau mengandalkan impor,” heran Darmadi.
Darmadi kembali menegaskan, pangan merupakan urusan sangat vital, sehingga perlu komitmen dan kreativitas yang mumpuni dari stakeholder terkait.
Dia lalu mengutip pernyataan Presiden Soekarno, bicara pangan berarti bicara hidup matinya suatu bangsa. Pesan tersebut sangat jelas menyatakan bahwa pangan memiliki peran vital dalam kehidupan bangsa dan negara ini.
“Bagaimana mau memahami konsep Berdiri di Atas Kaki Sendiri (Berdikari) yang digelorakan Bung Karno kalau pemimpin-pemimpin bangsa ini malas berpikir, dan diduga akan ambil jalan pintas dalam hal ini impor beras,” tegasnya
Terakhir, Darmadi menyarankan Bulog melakukan kalku¬lasi secara matang terkait urusan perberasan. Semua opsi masih bisa ditempuh kecuali opsi impor yang tidak menggambarkan spirit swasembada pangan itu.
“Negeri ini Gemah Ripah Loh Jinawi, masa urusan beras masih impor. Malu kita kalau terus begini,” tegasnya.(RM.ID)
Discussion about this post