Dalam sambutannya, Presiden Jokowi selaku tuan rumah KTT G20 menyampaikan, Indonesia selalu mendukung penguatan pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang.
Krisis multidimensional yang tengah dihadapi dunia, membawa tantangan sendiri bagi pembangunan infrastruktur di negara berkembang.
Termasuk, melalui penyusutan ruang fiskal.
Dukungan yang diberikan PGII harus bersifat country driven, dan berdasarkan kebutuhan riil negara tujuan.
Selain itu, PGII juga harus menjadikan konsultasi dan dialog dengan negara penerima, sebagai pedoman utama.
“Pembangunan infrastruktur perlu memberdayakan masyarakat dan ekonomi setempat, agar memiliki rasa kepemilikan yang tinggi. Disertai dukungan bagi negara berkembang, untuk membangun kapasitas dan kemampuan mandiri,” papar Jokowi.
“Dengan begitu, negara berkembang dapat lebih tangguh menghadapi tantangan global di masa mendatang,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga mengutarakan bahwa upaya PGII dalam mendukung pembangunan infrastruktur di negara berkembang, harus didasarkan pada paradigma kolaborasi.
PGII diminta melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan. Termasuk, sektor swasta yang dinilai akan membawa manfaat nyata.
Selain itu, PGII juga harus menghasilkan dukungan pembangunan berkelanjutan, termasuk lewat pembangunan hijau dan transisi energi.
Sementara itu, Presiden Uni Eropa Ursula Von der Leyen meyakini, pertemuan PGII di sela-sela KTT G20 Bali, dapat menjadi penentu situasi perekonomian dunia.
“Kami yakin, kemitraan dapat menjadi penentu permainan karena dua alasan. PGII tidak hanya menanamkan modal besarnya di infrastruktur, tetapi juga investasi pada kapasitas lokal mitra kami,” ujar Presiden Von der Leyen.
Menko Airlangga yang bertindak sebagai moderator dalam kesempatan tersebut, mempersilakan Jerman, Korea Selatan, Senegal, Kanada, Argentina, Inggris, dan India untuk menyampaikan pandangan masing-masing.
Pada sesi akhir kegiatan, Presiden Biden menutup pertemuan PGII tersebut.
Dalam kesempatan ini, Presiden Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani.(RM.ID)
Discussion about this post