Karena itu, Ketua DPP PDI Perjuangan ini merasa heran jika ada ASN yang sudah disumpah setia pada Pancasila malah bersikap makar dengan menyebarkan atau loyal pada ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila.
Basarah memberi contoh, mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo pernah menegaskan ada 16 ASN gagal jadi eselon karena rekam jejak digital suami maupun istri para ASN tersebut terpantau telah terpapar dengan paham radikaliisme dan anti terhadap Pancasila.
Lewat berita di media diketahui, di Kabupaten Tangerang pernah seorang ASN ditangkap Densus 88 karena terlibat dugaan terorisme. Almarhum Tjahjo Kumolo juga pernah mengungkapkan rata-rata setiap bulan ada 10 ASN dipecat akibat radikalisme.
“Kita berharap di masa depan kasus-kasus seperti ini tidak terjadi lagi jika kita ingin negara kita tetap utuh berdiri di atas dasar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” tandas Ahmad Basarah.
Sementara itu, Muhammad Sabri yang tampil berbicara bersama Ahmad Basarah menjelaskan bahwa radikalisme bermula dari tafsir yang salah tentang kata jihad dalam ajaran Islam.
Kata ini, kata dia, awalnya bermakna positif tapi ditafsirkan ke arah negatif seolah jihad melulu berarti perang fisik mengangkat senjata.
“Padahal, dari kata jihad itu berkembang kata ijtihad yang berarti mengembangkan wawasan berpikir,” tandasnya.
Tampil sebagai keynote speaker dalam dalam acara Wakil Presiden K.H Ma’ruf Amin. Pada sesi pertama bertema ‘’Keteladanan Pancasila’’ hadir sebagai narasumber Ketua KPK Komjen Pol. Firli Bahuri, Direktur Pencegahan BNPT Brigjen (Pol). R. Ahmad Nurwakhid, serta Direktur Pencegahan BNN Dr. Petrus Reinhard Golose. Pada sesi kedua tampil Kapolda Provinsi Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto, Kepala LAN Dr. Adi Suryanto, dan Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Prakoso.(RM.ID)
Discussion about this post