Herry juga membeberkan sejumlah analisis yang membuat ekonomi Indonesia mampu bertumbuh dan bertahan di tengah prediksi ancaman resesi global yang mengganggu stabilitas.
“Ini cukup menarik, pertumbuhan ekonomi nasional tetap terproyeksi baik dibandingkan negara lain, karena preferensi kebijakan pemerintah yang adaptif dan produktif,” kata Herry.
Herry mengatakan, kenaikan BBM dan cara penanggulangan dampak oleh pemerintah membuat kinerja ekonomi Indonesia tetap eksis.
“Pemerintah cukup lihai ya meski harga BBM naik. Ada upaya antisipasi melalui pemberian subsidi berupa BLT. Hal ini berdampak pada tingkat konsumsi rumah tangga yang tetap terjaga,” tambahnya.
Selain itu, Herry juga menilai kinerja ekspor Indonesia turut menyumbang dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat di kuartal III.
“Kinerja ekspor Indonesia per september 2022 saja ada di angka 20 persen per tahun. Artinya, ada sentimen positif terhadap kegiatan ekspor yang berdampak pada tumbuhnya ekonomi,” ucapnya.
Faktor tersebut juga menjadi tumpuan penting dalam resiliensi ekonomi Indonesia ketika menghadapi resesi global yang diprediksi bakal terjadi.
Herry mengatakan, Indonesia akan mampu menghadapi badai resesi global ketika konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor terjaga.
“Pemerintah harus tetap menjaga konsumsi rumah tangga serta kinerja ekspornya seperti subsidi BLT, dukungan modal UMKM,” tandasnya.
Herry juga mengatakan, dengan ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan G20, maka hal ini menjadi momentum baik untuk meningkatkan kepercayaan dunia terhadap Indonesia.
“Ini variabel penting termasuk juga memicu menggeliatnya modal dan investasi di Indonesia,” pungkasnya.(RM.ID)
Discussion about this post