Negara-negara yang tidak terikat pada dua blok besar kekuasaan politik abad-20, yaitu Amerika dan Uni Soviet.
“Kita semuanya adalah committed. Committed pada apa? Committed kepada perjuangan mengejar perdamaian, committed pada perjuangan menghancurkan imperialis dan kolonialisme, committed kepada perjuangan untuk memberikan kehidupan yang bahagia kepada rakyat kita masing-masing,” tutur Rieke menirukan Pidato Bung Karno.
Namun, sambung dia, pola relasi internasional yang terjadi saat ini justru menjadikan dunia dalam situasi Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous (VUCA). Menurutnya, kenyataan itu disahihkan oleh Bank Dunia yang menyatakan dibutuhkannya “ethics in action” dalam ekonomi politik internasional, dan World Economic Forum menyatakan dunia berhadapan dengan polarisasi sosial.
“Bagi saya, situasi ini mengindikasikan tingginya tingkat ketimpangan pendapatan dan ketidakadilan sosial di panggung global. Situasi ini jugu menandakan lahirnya New Cold War, ‘Perang Dingin Baru’, yang bermuatan perang dagang, perang keuangan, perang Information Communication Technology (ICT War),” cetus Rieke.
Karenanya, lanjut dia, semangat Konferensi Asia Afrika 1955, semangat KTT Non-Blok di Beograd 1961, tetap relevan, aktual, dan vital. Ia pun memahami mengapa Bung Karno menggagas tentang Revolution of Mankind, Revolusi Kemanusiaan yang tidak terjebak pada istilah perang atau damai, dalam Konferensi di Beograd.
“Semangat Bandung-Beograd-Havana yang tersimpan dalam arsip bukan dongeng tentang cita-cita para pendahulu kita. Arsip tersebut adalah petunjuk perjalanan ke masa depan bagi bangsa-bangsa. Arsip itu merupakan petunjuk untuk membebaskan dunia dari ketertindasan, kebodohan, kemiskinan, ketimpangan, dan kehinaan,” tegas dia.(RM.ID)
Discussion about this post