JEPANG, BANPOS – Untuk ketiga kalinya, Maya Yoshida akan tampil membela negaranya Jepang di Piala Dunia 2022. Momen kali ini terasa spesial, karena dia dipercaya menjadi kapten Tim Samurai -julukan Timnas Jepang.
Yoshida menegaskan tekad membawa Jepang lolos ke babak 16 besar di Piala Dunia 2022 di Qatar. Jepang berada di Grup E bersama Jerman, Spanyol, dan Kosta Rika.
Pemain belakang berusia 34 tahun itu sarat pengalaman dengan torehan 120 penampilan bersama timnas Jepang dalam tempo 12 tahun sebagai andalan lini belakang tim Samurai Biru.
Bek Schalke itu juga sudah kenyang malang melintang di Eropa bahkan mengaku, “Berdarah 25 persen Inggris,” setelah menghabiskan hampir 8 tahun di Soiuthampton termasuk mendapatkan status warga permanen Inggris.
Yoshida bisa saja menjadi bagian dari timnas putri Jepang, yang menjadi juara Piala Dunia 2011, seandainya harapan ibunya untuk memiliki anak perempuan terwujud. Sebelum lahir, sang ibu sudah bertekad memberi nama anak ketiganya Maya, nama perempuan di Jepang, dan tetap memberikan nama itu meski yang lahir adalah anak laki-laki.
Sejak saat itu, Yoshida sukses menjadi salah satu bek terbaik Jepang dan terkenal karena sifatnya yang rendah hati dan selera humornya yang konyol. John Bailey, podcaster untuk Southampton, dalam sebuah wawancara pada 2020, mengatakan:
“Yoshida memancarkan rasa persahabatan dan kesan bahwa dia akan menjadi sahabat yang baik.” “Ketika kami bertanya kepada para pendengar, siapa pemain Saints yang ingin kalian ajak minum bersama, Yoshida berada di urutan teratas,” ujarnya.
Meski bersahabat, Yoshida bukanlah orang yang bisa dipermainkan. Hal itu diketahui langsung oleh para pendukung Arab Saudi saat laga kualifikasi Piala Dunia di Jeddah. Kapten timnas Jepang itu menanggapi gestur menghina yang dilontarkan pendukung Arab Saudi dengan menghampiri pagar yang memisahkan para pendukung Arab Saudi dengan lapangan kemudian melontarkan gestur dan kata-kata penuh kemarahan.
Yoshida bergabung dengan Schalke pada musim ini setelah bermain selama 2,5 tahun di Sampdoria, setelah meninggalkan Southampton pada awal 2020. Dia menyebut kariernya panjang di Eropa adalah karena kesediannya belajar bahasa Inggris. Di awal kedatangannya di Southampton, dia tidak bisa mengerti perkataan Ricky Lambert, pemain kelahiran Liverpool.
Discussion about this post