LEBAK,BANPOS – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusar) Lebak menyediakan pojok baca moderasi beragama sebagai sarana pemersatu keberagaman beragama di Lebak. Hal tersebut berawal dari kegelisahan bersama yakni saling tuding menuding ketika berbeda agama, padahal hal tersebut adalah salah satu fitrah kemanusiaan.
Kepala Dispusar Lebak, Robert Chandra mengatakan, salah satu cara mempersatukan keberagaman beragama di Kabupaten Lebak yakni membuat salah satu program yang bersifat bersama, dalam hal ini pihaknya membuat pojok baca moderasi beragama.
“Awalnya memang program pojok baca itu ada, ketika kami melihat orang dengan agama berbeda pasti mereka selalu saling tuding bahwa agama saya benar, sedangkan agama yang berbeda dengannya salah. Akhirnya, pihak kami berinisiatif membentuk pojok baca yang berisi kitab suci para penganut agama yang berbeda beda,” kata Robert kepada BANPOS di ruang kerjanya, Kamis (6/10).
Robert menjelaskan, jumlah buku yang ada di rak pojok baca moderasi beragama berjumlah 300 eksemplar lebih yakni berjenis kitab suci Hindu, kitab suci Islam, kitab suci Kristen, kitab suci Khonghucu, kitab suci Protestan, kitab suci Katolik, kitab suci Budha dan lain sebagainya.
“Alhamdulillah kitab itu didapatkan dari para pembesar-pembesar agama yang ada di Lebak,” jelas Robert.
Menurutnya, para penganut agama yang berbeda sangat antusias terhadap program pojok baca moderasi beragama.”Mereka semua mendukung akan program ini. Bahkan, sering sekali Pastur yang di Gereja dekat pasar Rangkasbitung membawa kelompoknya untuk mengunjungi pojok baca,” ujar Robert.
Ia menerangkan, pojok baca moderasi beragama di resmikan pada tanggal 1 Juni 2022 bertepatan pada hari lahirnya Pancasila,”Mengapa kami meresmikan program itu pada saat Pancasila lahir, kita coba kembali kepada keberagaman dan kebersamaan agar tercipta masyarakat yang bertoleransi tinggi,” terangnya.
Yang menjadi subyek edukasi akan keberagaman beragama adalah anak anak dan remaja.”Kenapa, kami menekankan kepada berusia anak dan remaja karena kalau orang yang berusia dewasa itu agak sulit untuk diedukasi. Mereka sudah memiliki pemahaman masing masing, berbeda dengan yang belum dewasa mereka masih perlu arahan dan pemikirannya masih stabil, pemahaman keberagaman sejak dini sangatlah penting,” ujarnya.
Menurutnya, jika manusia berbeda agama tidak usah ribut akan keberagaman itu. Hubungan manusia adalah sesuatu yang sangat penting dalam menyongsong peradaban dunia.
“Kalau Gus Dur mempersatukan seluruh Indonesia, saya ingin mempersatukan seluruh Lebak yang berbeda pemahaman. Kita itu harus bisa menyadari bahwa sebagai manusia ini memang beda, jadi jangan aneh kalau kita berbeda,” katanya.
“Saya juga tidak bekerja sendiri, banyak dukungan dari OPD, Komunitas, OKP, dan para Pembesar Penganut Agama di Lebak. Jadi membutuhkan semua elemen dalam mensukseskan agenda besar ini, bahkan sering dari luar daerah datang hanya untuk mengadakan dialog lintas agama,” tambah Robert.
Ia berharap, dengan adanya program ini masyarakat Lebak. Bisa lebih toleransi terhadap keberagaman yang ada di Lebak. “Toleransi juga dapat dikatakan sebagai sikap atau perilaku yang menerima dan menghargai suatu perbedaan agama dan budaya yang ada di Lebak. Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terwujud dengan adanya sikap dan perilaku toleran masyarakat, Lebak juga bisa mewujudkan kesatuan dan kemajuan jika saling menghargai,” tandasnya.(MG-01/PBN)
Discussion about this post