Yang masih impor saat ini, antara lain adalah gandum. Jumlahnya, ada 11 juta ton.
Karena di Indonesia nggak bisa menanam gandum, Jokowi menyarankan untuk mengusahakan produk pertanian yang bisa menjadi campuran gandum.
“Gandum bisa dicampur cassava, sorgum, sagu dan lain-lain. Artinya, saya mengajak Bapak Ibu sekalian, KADIN NTT misalnya, untuk menanam sorgum. NTT itu adalah tempatnya sorgum. Coba saja dulu. Nggak usah ribuan hektare, coba saja dulu 10 hektare. Benar nggak sih apa yang diomongkan Presiden? Hitung dan kalkulasi, kalau masuk, tanam sebanyak-banyaknya,” terang Jokowi.
“Saya lihat, di Waingapu NTT yang tanahnya marjinal dan kurang air, sorgum tumbuh sangat subur. Lahan pun, kalau mau cari sampai ratusan ribu hektar, banyak di NTT. Inilah yang saya tunggu dari KADIN,” sambungnya.
Jokowi juga mengungkap, permintaan terhadap komoditi lain semisal jagung – baik untuk kebutuhan pangan atau pakan ternak – tergolong tinggi. Baik dari dalam atau luar negeri.
E-Paper BANPOS Terbaru
Impor jagung kita saat ini masih 800 ribu ton. Sebelumnya, 7 tahun lalu, impor kita 3,5 juta ton. Jadi, ini adalah peluang. Jagung ditanam di mana pun, tumbuh.
“Kalau KADIN yang ngerjain, ya jangan tradisional caranya. Harus mekanisasi. Konsorsium bareng-bareng. Bikin 100 ribu hektare, dengan alat modern. Pemupukan pakai drone. Itu baru namanya KADIN,” pesan Jokowi.
“Jangan cuma nanam 10 hektare, mosok KADIN cuma segitu,” tandasnya. (RMID)