Dia pun lantas menerangkan soal Indeks Harga Pangan (Food Price Index) saat krisis pangan tahun 2008. Saat itu, angkanya hanya 131,2.
Tahun 2012, juga ada krisis pangan. Angkanya geser sedikit ke 132,4.
“Tapi sekarang ini, indeksnya sudah 140,9. Mengerikan,” ucap Jokowi.
Di awal konflik Rusia-Ukraina, hanya ada 6 negara yang membatasi ekspor pangannya. Sekarang, jumlahnya bengkak menjadi 23 negara. Semuanya menyelamatkan negara masing-masing. Dan itu memang sudah seharusnya mereka lakukan.
Oleh sebab itu, Jokowi mengatakan, kita patut bersyukur. Karena 2 minggu yang lalu, kita menerima sertifikat International Rice Research Institute (IRRI), yang menyatakan ketahanan kita baik dan swasembada beras kita sudah dimulai sejak 2019.
E-Paper BANPOS Terbaru
“Sementara negara lain kekurangan pangan, kita justru dinyatakan sudah swasembada beras. Sistem ketahanan pangan kita baik,” ujar Jokowi.
Tak kalah penting, Jokowi meminta seluruh lapisan masyarakat, agar tidak memunculkan sikap pesimisme. Waspada, boleh. Hati-hati, iya. Tapi, harus tetap optimis.
“Kita jangan memunculkan sebuah pesimisme. Ini saya nggak mau. Kita harus tetap selalu optimis. Karena setiap kesulitan, pasti punya peluang. Itu pasti. Dan yang bisa menggunakan peluang itu adalah entrepreneur. Wirausahawan. Bapak Ibu sekalian. Nggak ada yang lain” tegasnya, disambut tepuk tangan meriah seluruh peserta acara Kadin.
Jokowi pun lantas menguraikan peluang-peluang tersebut. Jika saat ini ada krisis pangan, peluangnya tentu ada di sektor pangan. Saat ini, menurutnya, jualan pangan adalah yang paling cepat.
Kemarin misalnya, dari China minta 2,5 juta ton beras sebulan. Dari negara lain, Arab Saudi minta 100 ribu ton beras.
“Saat ini, kita belum berani. Kita stok dulu. Tapi, begitu produksinya melompat, karena Bapak Ibu terjun ke situ, bisa saja melimpah dan kita ekspor dengan harga yang sangat feasible. Harga yang sangat baik,” beber Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga mengingatkan soal substitusi impor. Barang-barang yang kita impor, mau tak mau harus kita hentikan di tengah situasi ini. Supaya devisa dan dolar-dolar kita, tidak habis dipakai untuk membayar impor.