Saat Pilpres digelar, sebagian besar warga Prancis memang sedang berlibur. Namun, jumlah pemilih yang rendah juga mencerminkan sikap apatis pemilih, yang mengeluh tidak ada kandidat yang mewakili mereka.
Sebagian besar pemilih muda, disebut menghindari putaran kedua.
Pemimpin sayap kiri Jean-Luc Melenchon, yang keok tipis oleh Le Pen di putaran pertama pemungutan suara dua minggu sebelumnya, mengecam kedua kandidat.
“Kabar baik. Prancis menolak untuk mempercayai Marine Le Pen. Sementara Macron, terpilih dengan cara yang lebih buruk dibanding presiden lainnya. Dia mengapung di lautan abstain, dan surat suara kosong dan rusak,” cetusnya.
Belum Berakhir
Krisis biaya hidup yang dihadapi jutaan rakyat Prancis menjadi isu nomor satu kampanye pemilu. Kelompok anti Macron menuduhnya arogan, dan bertindak sebagai presiden orang kaya.
Namun, lewat siaran radio, Perdana Menteri Jean Castex mengatakan, pemilihan kembali presiden mengirim pesan kuat di tengah krisis yang dihadapi Prancis.
Selanjutnya, pemimpin politik Prancis akan berkumpul kembali dan bertarung dalam pemilihan parlemen, pada Juni mendatang.
Macron mungkin memiliki suara mayoritas untuk saat ini, tetapi kandidat yang kalah dari putaran pertama sudah memiliki kampanye baru di depan mata.
Melenchon siap menjadi ancaman, dan menegaskan keinginannya menjadi Perdana Menteri.
Dalam pidatonya pada Minggu (24/4) malam, Le Pen mengatakan kepada para pendukungnya, bahwa pertandingan belum sepenuhnya berakhir.
Dia bilang, risiko Macron untuk mempertahankan kekuasaan sangat tinggi. [HES/RM.ID]
Discussion about this post