Sekelompok kiai muda dan tokoh lintas iman mengadakan soft launching Yayasan Rahim: The Ibrahim Heritage Study Center For Peace, sebuah lembaga yang bergerak di bidang penelitian dan kajian perdamaian dan resolusi konflik baik bersekala global maupun lokal, Minggu (10/4).
KH Asnawi Ridwan, selaku pembina Yayasan Rahim, menyatakan bahwa peran agama dalam mengatasi konflik dapat dilakukan dengan dialog antar kelompok agama yang berbeda. Menurutnya, perbedaan adalah cara Tuhan memberikan pesan-pesan kepada manusia agar saling menghargai dan menghormati. Sebab, semua agama mengajarkan kebaikan, cinta kasih, dan keadilan bagi semua umat manusia.
“Agama seharusnya dijadikan sebagai pemersatu, bukan pemecah belah. Apa pun agamanya, kita masih sama-sama manusia yang saling membutuhkan manusia lain,” ucapnya, dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis (14/4).
Ketua Umum Yayasan Rahim KH Mukti Ali Qusyairi menekankan, Rahim merupakan lembaga penelitian dan kajian perdamaian dan resolusi konflik. Bukan lembaga politik atau pun konspirasi.
“Tim peneliti Rahim adalah dokter peradaban, yang hendak mendiagnosa penyakit peradaban berupa konflik dan perang serta meneliti penyebab-penyebabnya. Lalu, memberikan resep dan obat sebagai solusi yang dapat menyembuhkan. Sebab, visi Rahim adalah berikhtiar mewujudkan perdamaian dunia, dan misinya adalah mewujudkan perdamaian dengan melalui riset dan kajian perdamaian serta berkontribusi positif dalam rekonsiliasi konflik,” terangnya.
Yohannes Ellias Dewanto selaku salah satu pendiri Yayasan Rahim menyatakan, berharap yayasan ini akan menjadi pusat penelitian, informasi dan edukasi terhadap setiap isu-isu perdamaian dan kemanusiaan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang ras, agama, etnis maupun budaya. “Langkah kecil ini mudah-mudahan akan terus bergulir seperti bola salju yang membawa cita-cita kita bersama, penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan perdamaian dunia akan selalu terpelihara,” ujarnya.
Dalam soft launching ini, juga menyampaikan resume singkat dua buku yang masih dalam proses penerbitan disampaikan Leo Agustinus Yuwono, Abigail dan KH Roland Gunawan.
Discussion about this post