“Selama ini SITB beda dengan NAR, nah itu mau kita jadiin satu supaya bisa lebih mudah,” ucapnya.
Mantan Direktur Utama PT Inalum (Persero) ini mengakui, Pemerintah masih kesulitan mendeteksi jumlah riil penderita TBC di Indonesia.
World Health Organization (WHO) memperkirakan, ada 824 ribu orang di Indonesia yang terinfeksi TBC. Tapi, selama ini Pemerintah tak pernah bisa mendeteksi setinggi itu.
“Paling tinggi 500 ribu sampai 600 ribu orang kemudian turun lagi ke 300 ribu. Padahal orang-orang ini kalau tidak terdeteksi bisa menular ke banyak orang,” ungkap Budi.
Untuk urusan penyakit TBC, Global TB Report 2021 melaporkan Indonesia berada di posisi ketiga jumlah penderita terbanyak setelah India dan China.
Jumlah kasusnya mencapai 824 ribu dengan kematian 93 ribu setiap tahunnya. Masih dari data yang sama, ada sekitar 11 kematian akibat TBC dalam setiap jamnya di Indonesia.
Sebelumnya, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengingatkan, TBC jauh lebih mematikan daripada Covid-19.
“TB bisa membuat kematian melebihi kasus Covid ya. Pengobatan juga sempat terhenti akibat pandemi,” tutur Hasto.
Dari segi pengobatan, penyakit TBC juga tidak mudah. Jika penderita Covid-19 pada umumnya butuh waktu dua minggu, hal itu tidak berlaku untuk penderita TBC.
“TB harus minum obat 6 bulan. Tapi ada pandemi jadi banyak yang tidak kontrol, jadi putus minum obatnya,” bebernya. [JAR]
Discussion about this post