LEBAK, BANPOS – Rekrutmen Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) pada Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) yang sudah selesai dilaksanakan bulan Februari dituding banyak diikuti oleh peserta yang rangkap jabatan. Sementara itu, calon pendamping yang diketahui rangkap jabatan akhirnya mengundurkan diri.
Pegiat sosial di Lebak, Agus Rusmana mempertanyakan hasil keputusan yang dinilai lambat tersebut. Menurutnya jangan sampai sampai jeda waktu ini malah membuka celah terjadinya kolusi.
“Iya ini diperhatikan sejak tes rekrutmen di penghujung Februari lalu sampai sekarang belum ada publikasi hasil tes, siapa-siapa saja yang terpilih. Kalau waktu pengumuman ditunda-tunda khawatir membuka celah untuk ada main atau hal-hal yang mencederai hasil. Intinya bisa memicu prasangka lho,” ungkap Agus yang juga Ketua LSM Ombak, Selasa (22/3).
Dikatakan Agus, pihaknya akan terus mengawal program tersebut, karena menurutnya banyak peserta tes yang diketahui banyak yang sudah terikat kontrak di pendamping program lain.
“Pokoknya saya akan terus mengawal program ini mengingat kami melihat banyak pendamping program lain yang ikut seleksi. Banyak nama-nama yang terdeteksi sudah terikat kontrak kerja di pendampingan lain, artinya kalau mereka lolos maka akan ditemukan yang double job dan ini jangan sampai terjadi. Karena dalam syarat pendaftaran kita melihat adanya pakta integritas yang dibuat oleh pansel, artinya jangan sampai Pansel menjilat ludah sendiri.” tegas Agus.
Dijelaskan Agus, pihaknya sudah menelusuri nama-nama peserta dan mereka tidak sedikit yang sudah tercatat di pendamping program di kabupaten lain.
“Ya kami deteksi peserta seleksi yang namanya ada tercatat di pendampingan lain mulai dari Kabupaten Lebak, Pandeglang hingga Serang. Apalagi di Kabupaten Lebak ini bukan isu yang baru, artinya bila polemik tahun lalu terulang ya kita simpulkan pansel berpotensi besar menciptakan suhu kolusi dan nepotisme. Jika itu terjadi, tentunya keputusan tersebut akan kami gugat,” ujarnya.
Discussion about this post